REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Donald Trump sedikit mengoreksi pandangannya terhadap Muslim setelah London memilih walikota Muslim pertama di negara-negara barat. Pada Senin (10/5), Trump mengaku senang Sadiq Khan terpilih sebagai walikota.
Ia bahkan mengubah sedikit ide kebijakannya soal melarang Muslim masuk Amerika. Kandidat calon presiden Amerika Serikat dari Partai Republik itu membuat pengecualian untuk Khan.
Trump bersikukuh Muslim adalah sumber masalah ekstrimisme sehingga ia tidak akan mengizinkan Muslim masuk AS. "Tapi akan selalu ada pengecualian," kata dia dikutip New York Times.
Miliarder itu mengatakan Khan adalah contohnya. "Saya senang melihatnya, saya pikir ini adalah hal bagus dan saya berharap ia melakukan pekerjaan dengan sangat baik, karena itu akan sangat, sangat baik," katanya.
Trump muncul dengan ide kebijakan melarang Muslim masuk AS setelah insiden teror di Paris dan California tahun lalu. Insiden Paris terjadi pada November dan menewaskan sekitar 130 orang.
Ide itu mendapat kecaman dari banyak pihak. Tak hanya komunitas Muslim tapi juga kelompok-kelompok HAM, rival Demokrat hingga internal partai yang mengusungnya.
Dalam wawancara dengan majalah Time, Khan menyatakan keinginannya pergi ke AS untuk melihat program-program menarik di New York dan Chicago. Namun kunjungan tersebut tidak akan dilakukan dalam waktu dekat.
Kemungkinan, ia akan pergi sebelum Januari tahun depan sementara pemilihan presiden AS digelar 8 November. Khan mungkin akan menginjakan kaki di AS setelah posisi Presiden Barack Obama tergeser.
"Jika Donald Trump jadi presiden, saya tidak akan pergi ke sana karena alasan kepercayaan, artinya saya tidak bisa berhubungan dengan walikota-walikota Amerika dan berbagi ide," kata Khan saat itu.
Baca juga, Politikus Konservatif Kaitkan Wali Kota Muslim London dengan Ekstremis.