REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Ratusan warga korban bencana alam pergerakan tanah di Kabupaten Garut masih tinggal di pengungsian. Sampai hari ini, mereka belum mendapatkan kepastian kapan dan di mana akan direlokasi.
Sebelumnya, terjadi pergerakan tanah pada 19 Februari lalu di Dusun Ciawi, Desa Singdangsari, Kecamatan Cisompet, Kabupaten Garut. Pergerakan tanah terus berlanjut hingga saat ini. Sekarang kerusakan akibat pergerakan tanah semakin bertambah parah.
Kepala Desa Sindangsari, Agus Susanto mengatakan, usai bencana pergerakan tanah beberapa bulan lalu banyak rumah yang rusak dan hancur. Sekarang rumah yang rusak dan hancur bertambah lagi. Menurut dia, bertambahnya kerusakan di zona rawan bencana karena hujan mengguyur hampir setiap hari.
"Rumah yang dulu retak-retak sekarang menjadi amblas, amblasnya ada yang sampai dua meter, yang mengungsi pun bertambah lagi," kata Agus kepada Republika.co.id, Rabu (11/5).
Awalnya, rumah warga yang rusak hanya di RW 5, Dusun Ciawi. Dikatakan Agus, sekarang rumah warga di RW 4 yang tadinya dalam status waspada sudah menjadi lebih rusak. Sampai hari ini pun warga masih tinggal di pengungsian dan di rumah hunian sementara yang berjumlah hanya tiga unit. Sementara, warga yang mengungsi sampai ratusan orang. Kendati demikian, menurut Agus, sampai hari ini belum ada kepastian kapan dan di mana warga akan direlokasi.
"Informasinya akan direlokasi tapi waktunya kapan belum ada kepastian, tiap hari banyak warga ngeluh sama saya katanya kapan mau dipindah," ujar Agus.
Dia mengaku, masih menunggu kepastian dari pemerintah. Sebab, ia pun tidak bisa memastikan kapan dan di mana korban bencana alam akan direlokasi. Ia pun menegaskan, warga sudah tidak tahan tinggal di pengungsian. Mereka ingin direlokasi dan pemerintah jangan mengabaikan.