Rabu 11 May 2016 13:24 WIB

Mulai 2017, Bandara Soekarno-Hatta akan Miliki Pembangkit Listrik Sendiri

Pekerja melintas di ruang keberangkatan proyek pembangunan Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten.
Foto: AntaraMuhammad Iqbal
Pekerja melintas di ruang keberangkatan proyek pembangunan Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, yang dibangun untuk mencukupi kebutuhan listrik seiring pembangunan infrastruktur bandara, ditargetkan selesai pada tahun 2017.

"Kita harus mempercepat semuanya. Proyek ini sudah lama direncanakan dan baru kali ini bisa direalisasikan," ujar Deputi Bidang Usaha Konstruksi dan Sarana dan Prasarana Kementerian BUMN Pontas Tambunan saat acara kesepakatan nota kesepahaman pembangunan PLTG tersebut di gedung Kementerian BUMN, Jakarta, Rabu (11/5).

Sebanyak tiga perusahaan BUMN, yaitu PT Angkasa Pura II, PT Wijaya Karya, dan PT Perusahaan Gas Negara (PGN) telah berkomitmen untuk membangun PLTG tersebut.

Direktur Utama PT Angkasa Pura II Budi Karya Sumadi mengatakan, proyek ini dapat diselesaikan dalam waktu satu tahun kesepakatan nota kesepahaman, dengan tambahan waktu tiga bulan untuk perampungan dokumen rancang terperinci teknis atau detail engineering design (DED).

Adapun saat ini, lanjut dia, kebutuhan listrik di Bandara Soekarno-Hatta adalah sekitar 60 MW. Namun, jika Terminal 3 Ultimate beroperasi pada 2017 ditambah kawasan khusus kargo (cargo village) di pintu M1, keperluan listrik bisa melonjak hingga lebih dari 100 MW.

"Pada tahap pertama, PLTG dapat menyediakan gas 50 MW, kemudian nanti bisa dikembangkan secara bertahap menjadi 100 MW. Selama proses tersebut, kami masih bekerja sama dengan PT PLN," tutur Budi.

Sumber gas berasal dari PT PGN di Batu Ceper, Tangerang, jaraknya sekitar tujuh kilometer dari lokasi pendirian PLTG. Area pembangunan PLTG adalah tanah milik PT AP II di sekitar Bandara Soekarno-Hatta.

Modal awal untuk membangun PLTG 50 MW, Budi menambahkan, adalah sekitar Rp 1 triliun. PT AP II menanggung 51 persen dari biaya tersebut dan sisanya dibagi antara PT Wijaya Karya dan PT PGN.

Direktur Utama PT Wijaya Karya Bintang Perbowo yakin, dengan kerja sama erat, semua target yang telah dicanangkan dapat tercapai. Sementara, Direktur Utama PT PGN Hendi Prio Santoso berjanji pihaknya akan menyediakan energi yang ramah lingkungan dan berkesinambungan untuk mendukung operasional Bandara Soekarno-Hatta.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement