REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Calon ketua umum Partai Golkar mengingatkan DPD Golkar agar tidak terbius hal-hal yang sesaat dalam memilih ketua umum. Sementara Setya Novanto bicara soal kaderiasi untuk satu juta kader.
Dalam Debat Calon Ketua Umum Partai Golkar, Priyo mengingatkan DPD I dan DPD II Golkar agar berpikir jernih sehingga tidak salah pilih ketua umum. Jika terbius oleh alasan-alasan yang bersifat sesaat dan tidak hati-hati dalam memilih maka akan menjadi kesalahan yang berbuntut panjang.
"Atas izin para senior, saya Priyo Budi Santoso, menyerahkan sepenuhnya nasib dan masa depan Golkar di pundak ketua-ketua partai dari seluruh kabupaten dan provinsi di Indonesia. Pilihlah nahkoda yang dianggap mampu dan mumpuni memimpin Golkar menuju kejayaan," kata Priyo, Rabu (11/5).
Saat ditanya panelis Hanta Yudha terkait mekanisme capres Golkar mendatang, Priyo mengatakan selama ini Golkar hebat di pemilu legislatif. Namun Golkar tidak bisa kader Golkarnya menjadi Presiden. Jika terpilih menjadi ketua umum, Priyo mengatakan akan mempersiapkan mekanisme khusus untuk mempersiapkan Pemilu 2019. Sehingga Golkar bisa memenangi pemilu legislatif dan pilpres.
"Ide brilian konvensi itu adalah ide brilian autentik dari Partai Golkar dan itu tidak terbantahkan. Kalau memang saya terpilih menjadi Ketua Umum, semua (caketum) saya tarik menjadi pengurus inti saya. Apakah akan konvensi atau yang lain saya akan tanyakan kepada Rapimnas. Kita membuat mekanisme Rapimnas atau cukup dikonsultasikan ke Dewan Pembina itu kita belum tahu," kata Priyo.
Sementara calon ketua umum lainnya, Setya Novanto, bicara tentang tiga fungsi besar Golkar, yaitu menyerap dan memperjuangkan aspirasi rakyat, menyangkut pendidikan politik dan rekrutmen kepemimpinan.
Novanto menyampaikan tentang menyatukan Partai Golkar dari pusat hingga ke daerah. Termasuk melihat pentingnya melakukan kaderisasi. "Kaderisasi ini penting untuk mewujudkan satu juta kader, untuk mengemban misi dan kekuatan ke depan," kata Novanto.