REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengakui turunnya perekonomian Jakarta pada tiga bulan pertama sulit dihindari. Menurutnya, penurunan ini berlaku secara nasional, tak hanya terjadi di Ibu Kota.
Pria yang akrab disapa Ahok itubelum menerima laporan dari Bank Indonesia perihal penurunan tersebut. Namun ia menyebut hal itu sudah terprediksi terjadi lantaran penjualan properti menurun.
"BI belum lapor ke kita. Pasti lebih rendah karena properti kan agak turun, penjualan turun. Sehingga hasil triwulan pertama seluruh nasional turun. Dibanding tahun lalu, tahun sekarang lebih turun," katanya kepada wartawan di Balai Kota, Kamis (12/5).
Di sisi lain, ia merasa penyebab lain dari penurunan itu bukanlah berasal dari rendahnya serapan APBD DKI. Sebab, ia menilai penyerapan anggaran memang belum bisa terjadi pada tiga bulan pertama. "Bukan serapan anggaran karena baru mulai di Mei. Memang di Indonesia itu tiga bulan pertama pasti belum terjadi karena masih lelang, kontrak baru mulai Mei," ujarnya.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia DKI Jakarta Doni P. Joewono menyatakan Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan I 2016 tumbuh 5,62 persen (yoy) lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya pada 2015, yaitu 6,48 persen (yoy). Penurunan itu ternyata berada di bawah perkiraan Bank Indonesia.
Meskipun begitu, ia menjelaskan angka pertumbuhan tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 5,54 persen (yoy).
Baca juga, Ini Lawan yang Disebut Bisa Menyaingi Ahok di Pilkada DKI 2017.