Kamis 12 May 2016 17:06 WIB

Megawati Minta Perempuan Berani Bersuara

Rep: Agus Raharjo/ Red: Winda Destiana Putri
Presiden ke-5 Republik Indonesia Megawati Soekarnoputri (kanan) memasangkan pin kepada Menteri Hukum dan Ham Yasonna Laily (ketiga kiri) saat kampanye yang bertemakan Indonesia Melawan Kekerasan Seksual yang diadakan di Jakarta, Kamis (12/5)
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Presiden ke-5 Republik Indonesia Megawati Soekarnoputri (kanan) memasangkan pin kepada Menteri Hukum dan Ham Yasonna Laily (ketiga kiri) saat kampanye yang bertemakan Indonesia Melawan Kekerasan Seksual yang diadakan di Jakarta, Kamis (12/5)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Kelima Republik Indonesia, Megawati Soekarnoputri meminta seluruh perempuan Indonesia untuk berani menyuarakan haknya.

Termasuk untuk mendorong segera dibahasnya Rancangan Undang-Undang Kejahatan Seksual (RUU KS).

"Kaum perempuan itulah yang harus menyautkan dirinya dan harus menyarakannya," tutur Megawati dalam deklarasi Indonesia Melawan Kejahatan Seksual di Jakarta, Kamis (12/5).

Sebagai Ketua Umum PDIP, Megawati mengaku lebih mudah untuk menggerakkan jajarannya mendorong pembahasan RUU KS. Namun, yang harus dilakukan adalah menyatukan seluruh perempuan untuk ikut mendukung ini.

Selain itu, perempuan yang sudah menyatukan dirinya harus berani menyuarakan sikap untuk menambah dorongan agar RUU KS segera jadi program legislasi nasional prioritas tahun 2016.

Menurutnya, secara demografi, perempuan memiliki jumlah yang lebih banyak dibanding penduduk laki-laki. Berdasarkan data statisti, jumlah perempuan Indonesia lebih dari 55 persen dibanding laki-laki. Dengan jumlah sebanyak itu, seharusnya perempuan memiliki suara yang dapat didengarkan oleh pemerintah.

"Jumlah kita diperkirakan 55 persen, kok tidak bisa bersuara ya," ujar dia.

Putri Presiden RI Pertama Soekarno itu menegaskan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah mengatakan kalau dengan Undang-Undang dinilai lama.

Jadi alternatifnya adalah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu). Yang jelas, kata Megawati, pemerintah melindungi perempuan dan anak melalui kebijakannya, sedangkan keluarga menjadi benteng pertama untuk melindungi anak dan perempuan.

"Yang kurang dari kaum kita ini adalah gerakan," tegas dia.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement