REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Tim dokter hewan gabungan menduga kualitas pakan yang diberikan oleh pengelola Kebun Binatang Bandung kepada piaran Gajah Sumetara bernama Yani, kualitasnya buruk. Hal itu berdampak kepada kesehatanya.
"Jadi radang paru-paru yang dialami oleh Yani ini bisa jadi dikarenakan manajemen pakan yang buruk. Sehingga harus ada perbaikan pakan atau makanan," kata Kepala Balai Pengujian dan Penyidikan Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, Sri Mujiarti Ningsih, di Bandung, Kamis.
Ia menuturkan perbaikan manajemen pakan untuk gajah di Kebun Binatang Bandung wajib dilakukan oleh Yayasan Taman Margasatwa Tamansari selaku pengelola. Karena saat ini masih ada tiga gajah di tempat tersebut.
"Jadi manajemen pakan pun harus diperbaiki, seperti kualitas pakannya, jumlahnya serta frekuensi pemberian pakan dan kecukupan pakan," kata dia.
Ketua Tim yang memimpin proses nekropsi (autopsi untuk hewan/binatang) dari Taman Safari Indonesia drh Yohana Tri Hastuti menambahkan radang paru-paru merupakan salah satu penyakit mematikan untuk gajah dan hewan besar lain jika terlambat ditangani secara medis.
Menurut dia tim dokter hewan gabungan tidak mengetahui gejala gajah yang ambruk pada 3 Mei 2016. "Sehingga kalau sudah ambruk biasanya tidak bisa bertahan." ujar dia.
Baca juga, Gajah Yani di Kebun Binatang Bandung Mati.
Ia menambahkan Gajah Yani yang berusia 34 tahun terbilang masuk dalam kategori produktif untuk seekor gajah.
Sebelumnya seekor Gajah Sumatera bernama Yani, yang menjadi salah satu satwa penghuni Kebun Binatang Bandung dinyatakan mati setelah kondisinya sempat kritis.
Gajah itu lumpuh, terbaring di jerami serta terlindung terpal berwarna biru selama beberapa pekan dinyatakan mati pada Rabu sekitar pukul 18.00 WIB di Kebun Binatang Bandung.