REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pertumbuhan industri ekonomi syariah dinilai tidak sejalan dengan meningkatnya sumber daya manusia (SDM) yang berkompetensi di bidang ini. Deputi Bank Indonesia Hendar mengatakan, kurangnya jumlah universitas yang memadai dalam memberikan SDM industri ekonomi syariah bisa mencegah industri ini mencapai pembangunan yang progresif.
"Pertama adalah link and match. Pengajaran ekonomi syariah harus dapat menyediakan materi pengajaran yang relevan dengan tantangan terkini, agar siap bersaing dan dapat memenuhi kebutuhan pasar," kata Hendar dalam diskusi di kantor Bank Indonesia, Jakarta, Jumat (13/5).
Hendar menjelaskan, universitas baik Islam maupun nasional lainnya diharap memiliki program pendidikan yang bersinergi dengan industri syariah. Lulusannya pun jangan hanya mempunyai ilmu dalam segi pendidikan umum, tapi bisa ditambah dengan pendidikan vokasional, sehingga bisa berkompetisi dan mengerti perkembangan industri syariah.
"Kombinasi antara ekonomi Islam dan pendidikan formal merupakan hal yang sangat penting," kata dia.
Menurut Hendar, yang tak kalah penting dari pendidikan ekonomi syariah adalah program pengembangan berbasis teknologi. Dengan perkembangan menuju era digital, termasuk sektor keuangan, banyak start-up yang menyediakan jasa keuangan dengan biaya yang lebih murah dan persyaratan lebih mudah. Sebagian start-up juga mulai menggunakan keuangan syariah sebagai model bisnisnya. Untuk itu lulusan ekonomi syariah perlu menguasai pengetahuan teknologi secara masif.
"Penetapan platform yang kokoh untuk kerja sama antar institusi pendidikan baik secara global maupun domestik, juga diperlukan. Dengan dukungan teknologi, kerja sama antarpihak yang berbeda nantinya dapat dilakukan dengan mudah," ujarnya.
Direktur Umum Islamic Research n Training Institute dari Islamic Development Bank (IDB), M Azmi Omar menjelaskan, Indonesia memiliki potensi sangat besar dalam pertumbuhan ekonomi syariah. Maka pemerintah melalui dunia pendidikan harus 'menolong' dengan pertumbuhan SDM berkualitas guna menyokong industri ini.
Azmi menjelaskan, dunia pendidikan Indonesia belum memiliki konsep yang relevan antara pendidikan dengan pertumbuhan ekonomi syariah. Padahal ini penting disiapkan dari sekarang, apalagi industri ekonomi syariah di Indonesia semakin membesar.
"Yang penting ada kompetensi dan skill yang harus dikeluarkan universitas. Kalau sekarang belum nampak," kata Azmi.