Sabtu 14 May 2016 08:03 WIB

Pengamat: Setya dan Akom Jadi Calon Kuat Ketum Golkar

Calon Ketua Umum Golkar nomor urut 1 Ade Komarudin (kanan) berbincang dengan calon Ketua Umum Golkar nomor urut 2 Setya Novanto sebelum menyampaikan visi misi pada kampanye calon ketua umum Golkar zona II di Surabaya, Jawa Timur, Rabu (11/5).
Foto: Antara/Zabur Karuru
Calon Ketua Umum Golkar nomor urut 1 Ade Komarudin (kanan) berbincang dengan calon Ketua Umum Golkar nomor urut 2 Setya Novanto sebelum menyampaikan visi misi pada kampanye calon ketua umum Golkar zona II di Surabaya, Jawa Timur, Rabu (11/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik dari PARA Syndicate FS Swantoro menilai Setya Novanto dan Ade Komarudin adalah calon kuat untuk menjadi ketua umum DPP Partai Golongan Karya (Golkar) pada Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) yang dibuka Sabtu (14/5) di Bali.

Swantoro membagi delapan calon ketua umum menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama adalah Setya Novanto dan Ade Komarudin, kelompok kedua Airlangga Hartarto dan Priyo Budi Santoso, serta kelompok ketiga adalah empat calon lainnya yaitu Aziz Syamsudin, Syahrul Yasin Limpo, Indra Bambang Utoyo, serta Mahyudin.

"Pertarung sebenarnya adalah pada kelompok pertama yaitu Setya Novanto dan Ade Komarudin," kata Swantoro di Jakarta, Jumat (13/5). Isu mengenai pihak Istana mendukung Setya Novanto, kemudian Swantoro mengatakan hal itu bisa saja benar.

"Hal itu bisa saja benar karena pemerintah juga butuh orang yang dapat menjaga stabilitas pemerintahan. Setya Novanto ini bukan oposisi yang galak, dia tidak punya kemampuan untuk melawan pemerintah. Karena dia pernah terlibat beberapa kasus seperti 'papa minta saham,'" kata Swantoro.

Menurut dia jika Golkar dapat memunculkan arus bawah, maka kemungkinan Ade Komarudin bisa menang.

Apalagi pola dalam pemilihan ketua umum Golkar, biasanya calon yang memiliki jabatan formal di pemerintahan menjadi kandidat kuat untuk terpilih.

"Ade Komarudin menjabat Ketua DPR, sementara Setya Novanto ketua Fraksi. Jadi kans kedua orang ini 50-50 persen," kata dia.

Dia mengatakan, seandainya terjadi kemandegan atau "dead lock" maka "kuda hitam" yaitu dari kelompok kedua, Airlangga dan Priyo dapat maju menjadi pemenang. "Sementara itu, empat calon lain paling memberikan suara pendukungnya untuk calon yang berada di kelompok pertama atau di kelompok kedua," kata dia.

Dia menilai Golkar sebagai partai saat ini telah kehilangan visi kekaryaanya yang telah menjadi karakteristik partai kuning itu. "Politikus Golkar kini hidup dari partai tapi tidak menghidupi partai, kalau masalah ini terus berlarut maka akan Golkar akan sulit menghadapi pemilu 2019," kata dia.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement