REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA -- Calon Ketua Umum Partai Golkar Priyo Budi Santoso mengungkapkan visinya untuk menciptakan sistem pendidikan yang murah dalam acara debat calon ketua umum.
Dalam agenda yang berlangsung di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Jumat malam itu, mantan Wakil Ketua DPR-RI periode 2009-2014 itu mengatakan, dengan pendidikan murah dan berkualitas maka Indonesia akan menjadi negara maju dan tidak perlu mendatangkan tenaga kerja asing.
"Membanjirnya tenaga kerja asing adalah hal yang tidak perlu terjadi, kuncinya pendidikan di universitas harus diberikan murah, karena pada nyatanya banyak universitas negeri yang mahal. Itu yang harus dikoreksi," tegasnya.
Selain pendidikan yang murah meriah, Priyo juga berkomitmen untuk menumbuhkan balai-balai pelatihan agar Sumber Daya Manusia Indonesia mampu bersaing dengan lebih baik dalam menghadapi era global, khususnya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
Ia mencontohkan, apa yang sudah dilakukan Joko Widodo saat menjabat sebagai Wali kota Solo (Jawa Tengah) yang mendorong pengembangan mobil rakitan lokal oleh siswa Sekolah Menengah Kejuruan merupakan terobosan yang perlu diapresiasi dan patut ditiru. Tidak lupa juga perlunya perhatian yang lebih kepada pedesaan melalui penguatan ekonomi, tutur Priyo menambahkan.
"Untuk menguatkan ekonomi nasional harus melalui desa. Sebanyak 75 persen penduduk Indonesia tinggal di pedesaan, oleh karena itu saya menganjurkan untuk mengembangkan desa dengan anggaran negara. Ini adalah persoalan yang penting," jelasnya.
Dalam acara debat tersebut, sebanyak delapan calon ketua umum Golkar mengikuti agenda tersebut, yakni Ade Komarudin (nomor 1), Setya Novanto (nomor 2), Airlangga Hartarto (nomor 3), Mahyudin mendapat (nomor 4), Priyo Budi Santoso (nomor 5), Aziz Syamsuddin (nomor 6), Indra Bambang Utoyo (nomor 7), dan Syahrul Yasin Limpo (nomor 8).