REPUBLIKA.CO.ID, MELBOOURNE -- Pakar kesehatan internasional memperingatkan Olimpiade Rio seharusnya tak dilanjutkan.
Pekan ini, Komite Olimpiade Australia (AOC) mengeluarkan pernyataan yang mengatakan para atlet bisa pergi ke Rio dengan percaya diri, mengetahui langkah antisipasi terhadap virus zika telah dilakukan.
Di saat yang bersamaan, sebuah artikel yang diterbitkan dalam Jurnal Kesehatan Masyarakat Harvard oleh Profesor Amir Attaran dari Universitas Ottawa memperingatkan zika sempat berkembang di ibu kota Brasil dan berpotensi memicu bencana global.
Amir mengeluarkan peringatan tegas.
"Sekarang ada 7.000 anak yang sedang diinvestigasi pemerintah Brasil atas kasus mikrosefalia, kondisi dimana anak-anak miskin lahir dengan kepala keriput dan kerusakan otak," ujarnya.
"Kerusakan semacam itu bisa dengan mudah menyebar dengan mengirimkan, bukan hanya atlet, tapi 500 ribu wisatawan dari luar negeri ke Rio di mana mereka bisa terinfeksi dan kembali ke negara asal, termasuk Australia, dan membantu menyebarkan penyakit ini," ujarnya.
Ia mengatakan, zika juga terkait dengan kondisi manusia dewasa seperti sindrom Guillain-Barre, yang menyerang sistem saraf pusat. "Rio adalah medan pertempuran epidemi. Bahkan, tak ada tempat di Brasil yang memiliki lebih banyak kasus zika dari Rio," ujar Prof Amir.
"Poin dasar saya adalah, apakah ada orang waras yang mengirim setengah juta orang ke dalam jantung epidemi untuk lantas mengeluarkan dan mengembalikan mereka ke seluruh pelosok dunia? Tentu saja tidak, itu terdengar bodoh. Tapi karena Olimpiade, kita berpura-pura ini bukan masalah? Itu terlalu tak logis dan tak etis untuk diucapkan,” katanya.
Tak lama setelah artikel di Jurnal Harvard itu diterbitkan secara umum, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan pernyataan yang mengatakan, pihaknya terus menyarankan Pemerintah Brasil dan Komite Olimpiade Internasional (IOC). WHO tak membantah klaim apa pun dari Profesor Amir.