REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar politik dari Universitas Andalas (Unand) Sumatra Barat (Sumbar), Asrinaldi menilai, ketua umum terpilih Partai Golkar harus sosok yang pandai berkonsolidasi di internal maupun eksternal partai berlambang pohon beringin itu. Kepandaian tersebut, menurutnya, untuk mencegah pertarungan kelompok-kelompok tertentu pascapenyelenggaraan Munaslub ini.
"Persoalannya adalah, bisakah caketum (calon ketua umum) yang terpilih nantinya untuk mengkonsolidasikan kembali pertarungan kelompok-kelompok atau fraksi-fraksi yang ada dalam tubuh Golkar itu sendiri," kata dia saat dihubungi Republika, Sabtu (14/5).
Asrinaldi meyakini, apabila ketua umum terpilih dari Partai Golkar dapat melakukan hal tersebut, maka mereka dapat menyaingi PDIP dalam Pemilu 2019 mendatang. Namun, jika sebaliknya, Golkar akan mudah 'dipotong' partai lain yang saat ini sudah mulai berkonsolidasi untuk Pemilu 2019.
Asrinaldi menuturkan, Golkar sebagai oraganisasi politik harus solid secara internal sebelum menatap keluar. Khususnya, untuk menghadapi Pemilu 2019. Namun fakta yang ada, kata dia, saat ini sudah muncul Partai Beringin Karya.
"Saya pikir, itu sudah menjadi sempalan Partai Golkar baru dan saya pikir itu juga akan menjadi tantangan Golkar untuk hadapi 2019," jelasnya.