REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Utama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) R Siti Zuhro mengatakan pantia musyawarah nasional luar biasa (Munaslub) Partai Golkar berupaya menghadirkan budaya baru. Budaya itu yakni dengan adanya kampanye delapan calon ketua umum secara transparan.
"Kedelapan calon ketua umum itu berkampanye menyampaikan visi dan misinya yang disiarkan langsung di televisi," kata Siti Zuhro melalui telepon selulernya, di Jakarta, Sabtu (14/5).
Menurut Siti Zuhro, semua upaya baik yang dilakukan panitia Munaslub dapat menjadi tidak bermanfaat jika peserta Munaslub keliru memilih figur ketua umum. Dia menjelaskan, paling tidak ada empat kriteria calon ketua umum yakni, lulus integritas, rekam jejak baik, berkapasitas dan mampu membuat keputusan, serta kepemimpinan yang mengayomi.
"Persyaratan lulus integritas, tidak dapat ditawar karena poin ini sangat menentukan kepercayaan publik kepada partai," katanya.
Menurut Siti, kepercayaan publik akan berpengaruh terhadap legitimasi dan dukungan masyarakat terhadap Partai Golkar. Prinsipnya, kata dia, jika peserta Munaslub memilih ketua umum bukan figur terbaik maka Partai Golkar sulit untuk bangkit.
Siti Zuhro juga mengapresiasi panitia Munaslub Partai Golkar di Bali yang berupaya menghadirkan budaya politik baru yakni penyampaian visi, misi, dan program calon ketua umum secara terbuka sehingga publik dapat turut menyaksikan. "Tradisi politik baru ini dapat berpengaruh positif jika Munaslub memilih ketua umum terbaik," katanya.
Ada delapan nama calon ketua umum yang berkompetisi di Munaslub Partai Golar yakni, Ade Komarudin, Setya Novanto, Airlangga Hartarto, Mahyudin, Priyo Budi Santoso, Aziz Syamsuddin, Indra Bambang Utoyo, dan Syahrul Yasin Limpo.