REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keindahan bangunan masjid terpancar pula dari kubah dan tiga menara yang menjulang tinggi ke langit Damaskus. Menabrak kelaziman, menara Masjid Umayyah berjumlah ganjil, tiga. Ternyata, jumlah tersebut mempunyai latar belakang sejarah. Awalnya, pada bekas bangunan Gereja St John Baptist Basilika itu terdapat dua buah menara.
Keduanya berfungsi untuk penunjuk waktu, lonceng pada siang hari dan kerlipan lampu pada malam hari. Menara itu merupakan salah satu ciri khas bangunan Romawi. Kedua menara peninggalan bangunan gereja ini terdapat pada sisi barat dan timur.
Al-Walid mempertahankan kedua menara yang bertengger di bangunan bekas gereja tersebut. Bahkan, untuk mempertegas wibawa dan kemegahan masjid, ia membangun lagi sebuah menara di sisi utara pelataran masjid, yakni tepat di atas Gerbang al-Firdaus.
Upaya itu ditandai sebagai pembangunan pertama menara masjid dalam sejarah Islam. Menara itu pun biasa disebut menara utara Masjid Umayyah. Masjid Agung Damaskus sudah beberapa kali mengalami renovasi dan perbaikan karena kebakaran, yaitu pada 1069, 1401, dan 1893.
Panel marbel dari 1893 dianggap telah merusak mozaik awal masjid tersebut. Meskipun demikian, beberapa mozaik asli dari abad kedelapan Masehi ini masih dapat dilihat di masjid ini. Akibat konflik Suriah beberapa tahun terakhir, efek bombardir artileri berat, belum lama ini mendapat serangan luar biasa dari rezim Assad. Untuk kedua kalinya, Masjid bersejarah ini menjadi sasaran.
Aksi brutal atas Masjid al-Umawi memicu reaksi keras cendekiawan Muslim. Mereka yang tergabung di Persatuan Ulama Syam memprotes tindakan tersebut. Assad secara resmi menyadari kesalahannya itu dan memerintahkan Gubernur Aleppo, Muhammad Wahid Aqqad, segera merenovasi kerusakan.