REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Gerilyawan komunis membunuh tiga tentara Filipina dalam sebuah bentrokan besar pertama sejak Rodrigo Duterte terpilih sebagai Presien Filipina. Presiden ditawarkan untuk memulai kembali perundingan perdamaian yang macet. Hal ini ini disampaikan pasukan militer Filipina pada Ahad (15/5).
Awalanya, pada Sabtu (14/5), para tentara Filipina berada di pulau tengah Negros untuk menyelidiki gerilyawan Tentara Rakyat Baru yang memeras uang dari penduduk desa. “Saat mereka bentrok dengan sekitar sepuluh pemberontak, tiga tentara akhirnya tewas dan dua terluka,” kata laporan militer seperti dilansir dari Alarabiya, Senin (16/5).
Tindakan kekerasan terssebut terjadi hanya beberapa hari setelah Rodrigo Duterte mengatakan bahwa ia terbuka untuk membuka kembali perundingan perdamaian yang bertujuan mengakhiri pemberontakan puluhan tahun yang telah menewaskan puluhan ribu jiwa rakyatnya.
Setelah menang dalam pemilihan yang dilaksanakan pada 9 Mei, juru bicara Duterte mengatakan bahwa para politisi akan melepaskan pemberontak komunis di penjara dalam upaya untuk membuka kembali pembicaraan damai.
Menurut perkiraan militer, selama hampir setengah abad pemberontakan komunis di Filipina telah memakan 30 ribu korban. Kata militer, kekuatan pemberontak kini telah berkurang menjadi 4.000-an, setelah sempat mencapai 26.000 di akhir 1980-an.