REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA — Beredar pesan singkat yang menginformasikan bahwa ketua DPD I yang menyebut salah satu calon tertentu dalam pandangan umum akan menerima Rp 3 miliar.
Padahal, pimpinan sidang Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) Partai Golkar Nurdin Halid mengimbau peserta tidak perlu menyebut nama calon ketua umum dalam pemandangan umumnya. Namun, hal itu tidak dihiraukan oleh beberapa peserta munaslub.
Setidaknya, ada 14 DPD I dan satu organisasi masyarakat (ormas) yang dengan jelas menyebut nama bakal caketum nomor urut dua, Setya Novanto. Ada 14 DPD I yang terang-terangan mendukung Setya Novanto untuk menjadi ketua umum Golkar.
Penyebutan nama caketum oleh DPD I ini mendapat protes dari tim sukses dari kandidat lain. Anggota tim sukses Ade Komarudin, Firman Subagyo, mengatakan, ia juga menerima informasi soal adanya janji memberikan posisi tawar bagi DPD I yang berani menyebut nama salah satu kandidat di pemandangan umum.
Namun, hal itu harus dibuktikan terlebih dahulu. Yang pasti, kondisi persidangan untuk penyampaian pandangan umum dari DPD I berbeda dengan pemandangan umum, Ahad (15/5) malam. Di persidangan munaslub, Senin (16/5), peserta berani menyebutkan nama salah satu kandidat. “Posisi tawar yang menggiurkan, bisa uang atau jabatan,” ujar Firman, di Nusa Dua, Bali, Senin (16/5).
Firman menambahkan, bahkan pihaknya juga mendapat laporan adanya pertemuan yang dilakukan pada Ahad (15/5) malam untuk mengondisikan penyebutan nama kandidat Setya Novanto di sidang munaslub.
Meski sulit untuk dibuktikan, Firman yakin tidak mungkin ada asap tanpa ada api. Pihaknya hanya mengimbau kepada seluruh pemilik suara untuk menggunakan hak pilihnya sesuai dengan hati nurani. Ini dibutuhkan untuk kemajuan partai Golkar.
Ketua MKGR Roem Kono membantah soal adanya pesan singkat yang menyebut bahwa DPD I yang berani menyebut nama salah satu kandidat akan mendapat guyuran uang sebanyak Rp 3 miliar. Tim sukses Setya Novanto ini juga mengatakan, tidak pernah ada pembicaraan soal itu dalam tim suksesnya.