REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Team Leader The FAO Emergency Centre for Transboundary Animal Disease (ECTAD) James J. McGrane mengatakan, Indonesia harus meningkatkan kewaspadaan terhadap persebaran kasus flu burung. Menurutnya, pemerintah Indonesia bersama ECTAD akan terus melakukan monitoring di wilayah-wilayah yang menjadi endemik flu burung.
"Kami harus meningkatkan kewaspadaan dan keamanan di pertenakan unggas, sehingga rantai pasar tidak terganggu," ujar James di Jakarta, Senin (16/5).
James menjelaskan, perubahan cuaca yang drastis dapat menjadi potensi penyebaran virus flu burung. Menurutnya, ECTAD akan terus berpartner dengan pemerintah Indonesia dan berupaya untuk mengurangi persebaran virus flu burung terutama di Jawa. Selain memberikan vaksin, ECTAD juga akan melakukan investigasi mendalam terkait kasus-kasus yang ditemukan di Indonesia.
Indonesia merupakan salah satu negara yang masih melaporkan kasus HPAI subtipe H5N1 pada unggas sejak 2003. Kasus ini pertama kali dilaporkan terjadi pada manusia sekitar 2005 dan menurun drastis sejak 2010. Meskipun sudah menurun, menurut data WHO sampai 2015 tercatat ada 199 kasus penyebaran virus flu burung pada manusia dengan 167 kematian di Indonesia.
Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara dengan jumlah H5N1 tertinggi pada manusia. Sementara, Kementerian Pertanian mencatat terdapat pola musiman peningkatan kasus setiap musim hujan yakni sekitar Maret-April.
Baca juga: Awal Tahun, Kasus Flu Burung Meningkat