Senin 16 May 2016 20:42 WIB

Museum Palestina Siap Dibuka

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Ilham
Palestina
Foto: Reuters
Palestina

REPUBLIKA.CO.ID, TEPI BARAT -- Museum Palestina siap dibuka pada Rabu (18/5), nanti. Museum itu akan memiliki hampir segalanya, bangunan baru kontemporer menakjubkan dilengkapi amfiteater luar ruangan dan taman bertingkat.

Satu hal yang museum ini tidak miliki adalah pameran. Pameran perdana "Never Part" telah lama direncanakan dan dibicarakan. Menyoroti artefak pengungsi Palestina telah ditangguhkan setelah perselisihan antara dewan museum dan direkturnya, yang menyebabkan pemecatan direktur.

Presiden Mahmoud Abbas dari Otoritas Palestina dan pejabat lainnya diperkirakan akan menghadiri upacara pembukaan, namun juru bicara mengakui pada hari Ahad (15/5) tidak akan ada sama sekali karya seni yang dipamerkan di museum.

Ketua museum Omar al-Qattan dilansir dari New York Times, Senin (16/5), mengatakan, Palestina membutuhkan energi positif berharga untuk membuka bahkan sebuah bangunan kosong.

"Secara simbolis itu penting," katanya, mengakui bahwa fase berikutnya, termasuk pameran adalah salah satu yang lebih menarik.

Di Tepi Barat, di mana Palestina selama bertahun-tahun berjuang untuk membangun lembaga-lembaga politik dan sipil sementara menolak pendudukan Israel di wilayah itu, nasib pameran mungkin mengatakan banyak tentang realitas masyarakat Palestina. Sejak penandatanganan perjanjian perdamaian Oslo dengan Israel pada pertengahan 1990-an, kebudayaan dan sosial Palestina sering gagal untuk mendapatkan traksi dan menemukan kepemimpinan yang konsisten.

Banyak aktivis Palestina melihat penuaan Abbas yang kini berusia 81 tahun dan administrasi semakin lemah dalam upaya mereka membangun sebuah pemerintahan yang efektif, tetapi generasi baru belum bangkit untuk menggantikan mereka. Museum ini didukung oleh organisasi swasta Arab, Taawon dan tidak berafiliasi dengan entitas politik.

Sam Bahour, seorang konsultan bisnis Palestina dan aktivis hak asasi manusia mengatakan, mengingat keadaan sulit dari banyak organisasi di Tepi Barat dan Jalur Gaza, seorang manajer dipaksa keluar dapat dianggap sebagai tanda kesehatan institusional, atau setidaknya perdebatan yang hidup. Tapi dia menyebut keputusan untuk membuka museum juga "mengejutkan."

"Jika tidak ada substansi, saya tidak akan membukanya," kata Bahour.

"Never Part" dikembangkan selama beberapa tahun oleh direktur yang digulingkan, Jack Persekian. Ia memiliki interpretasi artistik seperti kunci dan foto-foto rakyat Palestina di seluruh dunia yang melarikan diri atau dipaksa pergi dari rumah mereka oleh Israel.

Persekian, yang menjalankan sebuah galeri seni, Yayasan Seni Kontemporer Al Mamal di Yerusalem mengatakan, ia telah setuju untuk pergi setelah manajemen senior museum tanpa basa-basi mengatakan kepadanya bahwa proyek itu tidak lagi disukai, tetapi Persekian mengaku tidak tahu mengapa.

Kurator mempersiapkan ruang pameran utama di Museum Palestina pekan lalu. Sebuah pameran menyoroti artefak pengungsi Palestina yang dijadwalkan akan ditampilkan pada pembukaan, tetapi telah ditangguhkan.

"Saya tidak bisa membayangkan apa yang terjadi," katanya.

Bangunan yang dirancang oleh Heneghan Peng, sebuah perusahaan arsitektur di Dublin akan menjadi tuan rumah upacara pembukaan profil tinggi beberapa hari setelah peringatan Nakba ke-68. Bagi Palestina, Nakba atau bencana merujuk pada konflik akibat pencaplokan tanah oleh Israel yang memaksa ratusan ribu penduduk Palestina meninggalkan tanah airnya.

Juru bicara museum mengatakan, upacara itu hanya untuk merayakan selesainya bangunan. Ia mengatakan, museum akan terbuka untuk umum secara gratis mulai 1 Juni, meskipun tidak jelas apa yang akan berada di dalam untuk dilihat.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement