REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA -- Setya Novanto akhirnya terpilih menjadi Ketua Umum Partai Golkar 2016-2019. Sesuai janjinya, Novanto akan mengundurkan diri sebagai Ketua Fraksi Golkar di DPR RI kalau terpilih menjadi Ketua Umum Partai Golkar di Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) 2016.
“Ya sesuai janji saya maka saya akan cari waktu untuk mengundurkan diri dari ketua Fraksi Golkar,” tutur Novanto usai terpilih di Munaslub Golkar, Selasa (17/5).
Novanto melanjutkan, dirinya akan fokus untuk membesarkan partai Golkar. Novanto memiliki waktu tiga tahun sebelum masa jabatannya habis tahun 2019 nanti. Selama tiga tahun, Mantan Ketua DPR RI ini menambahkan, dirinya bertekad akan berkeliling ke pengurus-pengurus di daerah untuk memersiapkan pemenangan Golkar di pemilihan kepala daerah serentak awal 2017 nanti.
Novanto terpilih sebagai ketua umum secara aklamasi setelah melewati pemilihan putaran pertama di Musyawarah Nasional Louar Biasa (Munaslub) Partai Golkar di Bali. Pada putaran pertama, Novanto unggul telak atas pesaing terdekatnya Ade Komaruddin (Akom). Pemilihan akan dilanjutkan ke putaran kedua karena Akom memperoleh suara lebih dari 30 persen. Namun, Akom menyatakan tidak akan melanjutkan pemilihan dan mendukung Setya Novanto sebagai Ketua Umum Golkar yang baru.
Pascaterpilih, Novanto yang pernah tersangkut kasus ‘Papa Minta Saham’ ini akan segera berkonsolidasi dengan pengurus di daerah. Pihaknya juga menegaskan akan membawa Golkar dalam barisan partai yang mendukung pemerintah. Namun, soal apakah Golkar akan mendapatkan jatah menteri di Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo, Novanto mengatakan hal itu sangat bergantung dari keputusan Jokowi sendiri.
“Kalau itu semua (jatah menteri) semua saya percayakan hak prerogratif Presiden,” tegas dia.