REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Di tengah suasana duka yang menyelimuti keluarga korban banjir bandang Air Terjun Dua Warna, Sibolangit, Deli Serdang, masih saja ada oknum tidak bertanggung jawab yang memanfaatkan keadaan. Sejumlah oknum tersebut menarik pungutan liar (pungli) kepada keluarga korban yang masih menunggu proses identifikasi di RS Bhayangkara Medan.
Dari informasi pihak keluarga yang menunggu, pungli tersebut berupa biaya peti mati dan penggunaan ambulans. Dedi Mulia Purba, kakak dari mahasiswa Stikes Flora Medan yang diduga tewas, Ahmad Al Hakim Lubis (22), mengaku dimintai Rp 800 ribu untuk peti mati dan biaya ambulans Rp 1,3 juta untuk mengantar hingga ke Padang Lawas. "Yang mengatakan itu ke kami dari pihak kampus Stikes Flora. Kami berharap tidak diberatkanlah," kata Dedi di RS Bhayangkara Medan, Selasa (17/5).
Praktik pungli ini pun dibantah pihak Stikes Flora Medan. Perwakilan Stikes Flora Medan Minarni mengatakan, uang yang diminta tersebut bukan untuk biaya ambulans, melainkan untuk biaya sopir dan bahan bakar ambulans.
Penyediaan ambulans tersebut pun, lanjutnya, merupakan hasil koordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi Sumut. "Setelah kita tanya ke RS Bhayangkara, untuk sampai ke Padangsidimpuan biaya ambulansnya bisa mencapai Rp 5 juta-Rp 6 juta," kata Minarni.
Sedangkan, untuk biaya peti mati, Minarni menyebut hal itu bukan pungli. "Kalau untuk peti mati, ya, wajarlah. Kondisinya kan tidak layak kalau hanya dikafani saja. Sudah kena air dan membengkak," ujarnya.
Kepala RS Bhayangkara Medan Farid Amansyah juga membantah praktik pungli tersebut. Ia mengklaim tidak ada biaya yang diwajibkan kepada keluarga para korban. "Enggak benar itu semua. Untuk identifikasi, seluruhnya ditanggung Polda Sumut. Ada juga bantuan dari pihak-pihak lain kalau untuk ambulansnya. Untuk peti mati, diberikan oleh Pemprov Sumut," kata Farid.
Ia juga menegaskan, pihak rumah sakit tidak pernah memungut biaya untuk proses identifikasi sepeser pun. "Semua proses di sini tidak dipungut biaya. Kalau ada yang minta duit, itu bukan petugas rumah sakit. Itu oknum yang memanfaatkan kesempatan," ujarnya.