REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ahli kesehatan Luigi Gratton mengatakan sebanyak 85 persen pekerja di Asia-Pasifik terancam mengalami kelebihan berat badan (obesitas) sebagai akibat gaya hidup yang kurang gerak dan melakukan aktivitas fisik di tempat mereka bekerja.
"Penelitian menunjukkan sembilan dari sepuluh pekerja (85 persen) di Asia-Pasifik menghabiskan waktu selama enam jam untuk sibuk di meja kerja setiap hari, serta menyantap makan siang di atas meja kerja dua sampai lima kali dalam seminggu," kata Luigi yang juga anggota Nutrition Advisory Board (NAB) Herbalife di Jakarta, Rabu (18/5).
Indonesia, menurut dia, menjadi negara tertinggi dengan jumlah pekerja yang menyantap makan siang di atas meja kerja mereka, dimana 71 persen pekerja menyantap makan siang mereka di atas meja kerja dua hingga lima kali dalam sepekan.
Penelitian ini mengungkapkan kalau sebagian besar pekerja di Asia-Pasifik (83 persen) berolahraga kurang dari tiga kali dalam sepekan, dimana enam dari 10 pekerja melakukan aktivitas fisik dalam satu hari di tempat kerja mereka selama kurang dari 30 menit. Dengan data tersebut, masyarakat pekerja memiliki risiko tinggi untuk terserang penyakit degeneratif seperti obesitas dan diabetes. ungkap dia.
Risiko mengalami obesitas bisa saja dihindari jika para pekerja bisa mengendalikan konsumsi nutrisi dan pola olahraga mereka. Hampir tujuh dari 10 pekerja (67 persen) menyatakan, di satu sisi, mereka berjuang untuk mewujudkan hidup aktif yang sehat; akan tetapi, di sisi lain, sebagian besar dari mereka juga kesulitan untuk tetap aktif selama hari-hari kerja, jelas dia.
Luigi Gratton mengatakan, hasil survey ini patut untuk dijadikan perhatian serius oleh semua pihak. Masyarakat Indonesia telah mengalami perubahan gaya hidup cenderung ke arah yang tidak sehat akhir-akhir ini.
Dengan demikian, tingkat kerentanan masyarakat Asia-Pasifik untuk terdampak penyakit degeneratif juga masih tinggi. Ini yang menjadi dasar kami untuk terus melakukan roadshow untuk mengedukasi dan mendorong masyarakat untuk menerapkan gaya hidup sehat serta dilengkapi dengan olahraga.
"Indonesia memiliki potensi besar di ekonomi, sosial dan budaya. Sangat disayangkan potensi besar tersebut terhalang oleh tingginya prevalensi penyakit degenratif yang sekaligus akan menghambat produktivitas masyarakatnya," ujar Luigi.
Di Indonesia, saat ini tengah mengalami beban ganda (double burden) permasalahan nutrisi, yaitu kekurangan dan kelebihan gizi yang merupakan tantangan kompleks karena terjadi di semua kelas sosial masyarakat Indonesia.
Mengutip data Risek Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, Kementerian Kesehatan RI, prevalensi penduduk dewasa kurus mencapai 8,7 persen, berat badan berlebih sebesar 13,5 persen dan obesitas 15,4 persen. Pengentasan masalah ini tidak hanya menjadi tanggungjawab pemerintah, namun, memerlukan dukungan pihak swasta dan kesadaran masyarakat itu sendiri.
"Kami yakin dengan melakukan program pengelolaan berat badan yang tepat seta didukung asupan nutrisi dan aktivitas olahraga yang cukup, kualitas kesehatan masyarakat Indonesia akan dapat meningkat. Dampaknya juga akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakatnya," kata Luigi.