REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA) Yenny Sucipto turut prihatin dan memberikan simpatik atas pemerkosaan yang dilakukan pengusaha asal Kediri, Sony Sandra (63 tahun) kepada 58 anak perempuan di bawah umur.
Sebagai aktivis anggaran dan perempuan, Yenny mengutuk kejahatan luar biasa ini. Layaknya korupsi, kejahatan kekerasan seksual terhadap anak dan perempuan mengancam masa depan bangsa.
"Khusus Kediri, ini catatan hitam tidak adanya perlindungan dari pemerintah Kediri terhadap anak dan perempuan," ujar perempuan kelahiran Kediri, Jawa Timur ini, Rabu (18/5). Awan hitam ini mengancam masa depan anak-anak dan perempuan di Kediri.
Saat mengalami diperkosa Sony, kelima korban berinisial AK, FD, I, A dan K masih berstatus pelajar SD dan SMP. Kasus perkosaan anak ini dapat terungkap setelah keluarga mencari AK yang pada 2015 lalu hilang dari rumah selama lima hari.
Oleh keluarganya, AK ditemukan di kawasan Simpang Lima Gumul, Kabupaten Kediri. Saat didesak ibunya, AK mengakui telah menjadi korban perkosaan yang dilakukan Sony.
Kasus ini saat ini ditangani oleh Pengadilan Negeri Kota dan Kabupaten Kediri. Sedangkan korban-korban lainya saat ini sedang dilacak oleh kepolisian dan Komnas Anak.
Yenny meminta proses hukum tersebut harus terus dikawal. Apalagi dalam beberapa media, disebutkan bahwa Sony diduga berusaha menyuap korban dan kuasa hukumnya. "Ini harus dikawal bersama. Apalagi jika benar, Sony punya kedekatan dengan kepala daerah, tentunya intervensi kepada penegak harus dilawan," ujarnya.