Kamis 19 May 2016 14:43 WIB

Laporan Internasional: Orang Indonesia Kurang Menerima Pengungsi

Red: Teguh Firmansyah
Imigran Etnis Rohingya asal Myanmar memperlihatkan sertifikat pencari suaka di tempat penampungan sementara Desa Bayeun, Kecamatan Rantoe Seulamat, Aceh Timur, Aceh, Senin (22/6).
Foto: Antara/Syifa
Imigran Etnis Rohingya asal Myanmar memperlihatkan sertifikat pencari suaka di tempat penampungan sementara Desa Bayeun, Kecamatan Rantoe Seulamat, Aceh Timur, Aceh, Senin (22/6).

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Organisasi hak asasi manusia, Amnesty International merilis daftar 27 negara dalam indeks penerimaan migran atau pengungsi, Kamis (19/5). Cina, Jerman dan Inggris dinobatkan sebagai negara yang paling menerima pengungsi.

Sementara Rusia, Indonesia dan Thailand menjadi negara paling kurang menerima migran. Laporan Refugees Welcome Index menghitung level publik terhadap penerimaan pengungsi.

Baca juga, Setahun Menjamu Rohingya di Aceh.

Indeks kemudian memeringkatkan negara-negara ini dalam skala seberapa ingin penduduk menerima pengungsi di rumah mereka, lingkungan, kota dan negara. Dari seluruh dunia, rata-rata satu dari 10 orang mau menerima pengungsi masuk rumah mereka.

"Nyatanya, orang-orang siap menerima," kata Sekretaris Jenderal Amnesty, Shalil Shetty. Namun, menurutnya, respons tak berperikemanusiaan dari pemerintah pada krisis ini tidak sejalan dengan pandangan rakyat.

Cina berada di peringkat pertama dalam indeks. Sebanyak 46 persen orang yang disurvei di Cina mengatakan mereka akan membawa pengungsi ke rumah. Inggris berada di peringkat kedua dengan 29 persen mengatakan demikian.

Sementara di Jerman, satu dari 10 orang mengatakan akan menerima. Sebanyak 56 persen mengatakan menerima tetangga migran dan 96 persen menerima di negara.

Rusia, berada di peringkat terakhir. Sebanyak 61 persen mengatakan akan menolak pengungsi di negaranya. Adapun Indonesia berada di posisi ke-26, satu peringkat di bawah Rusia. Survei ini dilakukan terhadap 27 ribu orang dari seluruh dunia dengan konsultan strategi, GlobeScan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement