REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai Gerindra menegaskan tidak akan mengikuti langkah Partai Golkar yang menyatakan bergabung dengan pemerintahan Joko Widodo. Gerindra juga menghargai sikap yang diambil Golkar.
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Desmond Junaidi Mahesa mengatakan Gerindra sebenarnya lebih bersyukur tidak merasakan apa yang dilalui Golkar dan PPP. Sebab, apa yang dilalui Golkar lebih mirip ‘dipaksa’ untuk bergabung dengan pemerintah setelah melalui masa ‘berdarah-darah’.
Setelah mengalami masa perpecahan selama hampir dua tahun, akhirnya Golkar dapat disatukan dan langsung bergabung dengan pemerintahan Jokowi. “Kalau kita cermati pidato Bang Ical (Aburizal Bakrie) ini taktik, yang bisa ditafsirkan macam-macam,” ujar Desmond di Jakarta, Kamis (19/5).
Gerindra sudah menerka taktik apa yang dilakukan Ical untuk Golkar dengan bergabung dengan Jokowi. Hal ini dinilai wajar kalau Golkar akhirnya memutuskan untuk bergabung dengan pemerintah setelah melewati kondisi yang terpecah-pecah.
Selama dua tahun ini, partai politik diakui takut dengan pemerintahan. Di awal tahun pemerintahan Jokowi, partai dianggap tidak ada harganya. Namun, kondisi akan segera berubah menjelang 2018 nanti.
Sebab, pada 2019 nanti, akan digelar pemilihan umum legislatif dan presiden secara serentak. Sebelum itu, harga partai politik pasti naik karena untuk maju mencalonkan diri sebagai Presiden, Jokowi butuh partai sebagai kendaraan.
Hal inilah yang disadari Gerindra mengapa Golkar akhirnya bergabung dengan pemerintah. Sebab, Golkar butuh penyatuan serta pengakuan dari pemerintah.
“Kalau hari ini partai dibuat berdarah-darah oleh pemerintah, nanti akan lain ceritanya, ini pilihan taktis saja,” kata dia menegaskan.