REPUBLIKA.CO.ID, GUNUNG KIDUL -- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan meminta daerah untuk kreatif dalam memberantas buta aksara karena hingga kini masih terdapat 5,9 juta penduduk Indonesia yang buta aksara atau 3,6 persen dari jumlah penduduk.
Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Haris Iskandar di Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kamis (19/5), mengatakan Gunung Kidul memiliki anomali dalam pemberantasan buta aksara.
"Hal ini menjadi sebuah pekerjaan besar bagi pemda untuk terus menuntaskan angka buat aksara, sehingga bisa lebih maju seperti daerah lainnya," kata Haris saat mengikuti pencanangan gerakan Indonesia Membaca di Gunung Kidul.
Dia mengatakan di seluruh Indonesia ada 5,9 juta warga Indonesia yang mengalami buta aksara dengan 15.000 orang diantaranya merupakan warga Gunung Kidul. Meski demikian, angka tersebut terus mengalami penurunan. Di Kabupaten Gunung Kidul termasuk lebih kecil dibandingkan skala nasional. "Untuk DIY, Gunung Kidul masuk tertinggi," katanya.
Haris mengatakan seharusnya daerah punya kreativitas dalam penuntasan buta aksara. Presentase buta aksara di Indonesia masih harus diperbaiki semaksimal mungkin. Jumlah penyandang buta aksara didominasi oleh warga yang berusia di atas 45 tahun, hal tersebut dikarenakan, pada 1980-an lalu, program wajib belajar bagi warga belum ada.
Ia mengatakan secara nasional periode akhir pemerintahan Jokowi-JK ini, semua warga negara Indonesia sudah bebas buta aksara. "Target kami pemberantasan buta aksara akan selesai lima tahun," katanya.
Kabid PAUD Disdikpora Gunung Kidul Supriyadi mengatakan jumlah buta aksara di Gunung Kidul mencapai 15.000 yang tersebar diseluruh kecamatan di Gunung Kidul. "Jumlah tersebut setiap tahunnya kita upayakan terus berkurang," katanya.
Supriyadi menerangkan Disdikpora Gunung Kidul terus berupaya mengurangi jumlah buta aksara dengan cara menggencarkan gerakan Indonesia membaca. "Kami lakukan pembimbingan terhadap warga yang buta aksara," kata dia.
Selain itu, Supriyadi juga menargetkan pada tahun ini sebagian besar masyarakat Gunungkidul yang sudah buta aksara bisa terselesaikan. "Target kami, tahun ini ada 10.000 warga," tutupnya.