Ahad 22 May 2016 05:36 WIB

Ilmuwan Sebut 2016 Mungkin Jadi Tahun Terpanas

Rep: MGROL 68/ Red: Indira Rezkisari
Anak-anak bermain untuk menghalau hawa panas di Kota Jerussalem. Tingginya suhu mencapai 44 derajat celcius di beberapa kawasan kota.
Foto: EPA
Anak-anak bermain untuk menghalau hawa panas di Kota Jerussalem. Tingginya suhu mencapai 44 derajat celcius di beberapa kawasan kota.

REPUBLIKA.CO.ID, MIAMI -- Tahun 2016 mungkin ditetapkan sebagai masa dengan suhu panas tertinggi terbaru untuk planet di zaman modern. Demikian dikatakan para ilmuwan AS kemarin.

Para ahli mengungkapkan prediksi mereka sehari setelah National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) yang mengumumkan bahwa rekor panas global yang baru telah ditetapkan pada bulan April untuk ke-12 bulan ke depannya.

NOAA juga mengatakan bahwa empat bulan pertama tahun ini merupakan suhu terpanas sejak pencatatan dimulai pada tahun 1880 yaitu 1,14 derajat celcius yang berarti di atas rata-rata abad ke-20.

Bahkan bulan mendatang akan ada kedatangan La Nina, artinya terjadu tren pendinginan di khatulistiwa Samudera Pasifik. Sehingga tidak diharapkan suhu tahun 2016 di bawah rekor tahun lalu, kata Jake Crouch, ilmuwan iklim di NOAA.

"Kami sangat jauh di atas 2015 yang berarti 2016 mungkin akan menjadi pemegang rekor baru dalam hal tahun terpanas dunia," Kata Crouch kepada wartawan selama konferensi.

Fenomena cuaca El Nino, yang cenderung untuk menghangatkan perairan khatulistiwa di Pasifik, telah mendorong tren jangka panjang yang disebabkan oleh peningkatan gas rumah kaca dari pembakaran bahan bakar fosil.

Empat bulan terakhir yang lebih panas dari periode dibandingkan pada tahun 2015, dan juga lebih panas dari tahun 1998, terakhir kali kekuatan setara El Nino diamati yakni di 0,45 derajat celcius.

"Selama El Nino, temperatur global cenderung lebih hangat," kata Crouch. "Jadi kita memiliki kecenderungan pemanasan jangka panjang, dan ketika kita memiliki El Nino di atas itu, ia cenderung untuk meningkatkan kita untuk ke rekor yang sangat tinggi."

Tetapi efek pendinginan dari La Nina ketika tiba di tahun 2017 mungkin tidak mencetak rekor panas global yang baru, kata Crouch.

"Jika kita melakukan transisi ke La Nina, yang kemungkinan pada akhir tahun ini, akan menurunkan suhu rata-rata global," katanya, dikutip The Malay Mail Online.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement