Ahad 22 May 2016 12:24 WIB

Teknologi Nano Beri Daya Saing Produk Indonesia di Dunia Global

Rep: Yulianingsih/ Red: Winda Destiana Putri
Nanoteknologi (ilustrasi)
Nanoteknologi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Dosen Kimia Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Indriana Kartini mengatakan, penggunaan teknologi nano bisa memberikan daya saing tersendiri pada produk buatan Indonesia. Hal ini menurutnya penting apalagi Indonesia sudah masuk dalam Masyarakat Ekonomi ASIAN (MEA).

"Banyak hal yang bisa dlakukan dengan teknolog nano, bukan hanya untuk produk pertanian tapi tekstil dan kemasan makanan. Dan ini akan memberikan daya saing tinggi," ujarnya saat menjadi pembicara dalam seminar nasional kimia 2016 dengan tema pemanfaatan Kimia materiaal untuk menngkatkan daya saiing Indonesia dalam MEA. Seminar digelar Keuarga Mahasiswa Kimia UGM, akhir pekan ini.

Seminar diikuti ratusan mahasiswa kimia dari berbagaii perguruan tinggi di Indonesia dan beberapa peneliti dari berbagai lembaga penelitian.

Indriana mencontohkan teknologi nano bisa digunakan untuk pembuatan kemasan makanan yang bisa sekaligus mendeteksi kualitas makanan. Selain itu, teknologi nano juga bisa digunakan untuk pelapisan kain batik sehingga awet dan bersih tanpa di cuci dalam jangka panjang.

"Teknologi nano juiga bisa digunaakan untuk membuat pupuk jenis baru, misal pupuk jenis plastik dan sebagainya," ujarnya.

Dengan campur tangan teknologi nano ini, produk-produk tersebut bisa memiliki daya saaing dan daya jual lebih tinggi. Hanya saja, pemanfaatan teknologi nano harus dilakukan oleh petugas ahli dengan aturan yang baku.

Sementara itu Senior PT Nanotech Inovasi Indonesia yang juga peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesa (LIPI), Sunit Hendrana mengatakan, jumlah penelitian attau riset di Indonesia masih sangat sedikit dibandingkan hasil penelitian ilmuwan negara lain.

Padahal kata Sunit, jumlah perguruan tinggi di Indonesia mencapai ribuan. "Berbeda dengan negara tetangga yang hanya puluhan saja jumlahnya," katanya.

Padahal kata dia, seiring dengan pemberlakuan globalisasi melalui MEA dan sebagainya, banyak lembaga riset asing yang masuk ke Indonesia. Hal ini jika tidak di waspadai justru akan menggeser pasar sains dan pendidikan di Indonesia.

Ini juga yang harus disadari oleh perguruan tinggi dan lembaga penelitian di Indonesia. Apalagi banyak hasil penelitian yang jika diaplikasikan ke Industri bisa memberikan nilai tambah yang cukup tinggi pada produk industri tersebut. 

"Aplikasi teknologi dan peneltiian ke industri ini yang harus terus ditngkatkan," katanya.

Dosen Fakultas MIPA UGM, Chairil Anwar dalam kesempatan itu juga mengatakan jika peran lmu pengetahuan dan peneitian sangat penting dalam pemanfaatan energi terbarukan menjawab semakin berkurangnya energi tak terbarukan di Indonesia.

"Konsumsi energi di dunia termasuk Indonesia sangat besar dan hanya ilmu pengetahuan, human capital dan riset yang bisa menjawab kebutuhan itu," ujarnya.

Menurutnya, Ilmu pengetahuan dan riset bisa digunakan untuk membuat modeling untuk kebutuhan energi nasional. Pembuatan energi biomasa bisa dilakukan oleh lmuwan biologi dan kimia. Begitupula energi panas bumi dan matahari bisa dilakuan oleh ilmuwan fisika dan geofisika.

"Karena itu sudah waktunya kajian dan riset energi menjadi bidang kajian yang pperlu mendapat tempat husus dalam bisa MIPA disamping kajan atau riset yang sudah menjadi miinat peneliti," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement