REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Bentrokan antar suporter sepakbola di Sleman memakan korban jiwa. Kerusuhan yang terjadi Ahad (22/5) dini hari itu mengakibatkan satu orang pria tewas dan enam lainnya luka-luka.
Adapun korban tewas bernama Stanislaus Gandhang Deswara (16) asal Wonogiri (Jawa Tengah) yang tinggal di Ngemplak, Sleman. Ia mengalami luka bacok di kepala bagian belakang dan luka tusuk di bagian tubuh lainnya.
Korban menghembuskan nafas terakhirnya pukul 05.00 setelah sempat dirawat di RSUD Sleman. Sedangkan beberapa korban luka lainnya masih mendapat perawatan medis di rumah sakit.
"Jenazah Ghandang sudah langsung dibawah kepada keluarga ke Wonogiri untuk dimakamkan," ujar Kapolres Sleman, AKBP Yulianto.
Yulianto mengatakan, bentrokan berawal saat rombongan suporter PSIM Jogja dalam perjalanan pulang usai menghadapi PSIS Semarang.
Tanpa diduga, di sekita Jalan Magelang Km 14 sampai 16 telah berkumpul massa yang diduga suporter klub asal Sleman.
"Saat itu, kami sendiri sudah menerjunkan banyak anggota untuk berjaga di area tersebut," katanya.
Polisi kemudian menginstruksikan massa untuk dibubarkan. Sementara rombongan lima bus suporter yang sudah sampai di Muntilan diminta untuk berganti arah melewati Kulonprogo menuju Kota Yogyakarta dengan pengawalan petugas.
"Tapi ternyata, di belakangnya masih ada dua bus lain yang tercecer dan mereka melewati wilayah Medari. Padahal di sana banyak berkumpul kelompok suporter lain. Lalu terjadilah bentrok di situ," jelasnya.
Menurut Yulianto, saat ini kepolisian tengah mendalami kejadian tersebut. Hingga sekarang polisi belum menetapkan tersangka bentrokan yang memunculkan korban.
Ia mengaku belum bisa memastikan apakah korban tewas maupun luka itu berasal dari suporter atau hanya warga biasa. Penyelidikan lebih lanjut akan terus dilakukan.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Sleman, Arif Haryono mengaku belum mendengar informasi mengenai kejadian tersebut. Namun ia menyampaikan keprihatinan atas peristiwa yang menjadi jejak hitam dalam dunia olahraga tersebut.
"Olahraga itu seharusnya bisa membentuk karakter disiplin dan kerjasama. Seharusnya, suporter juga menjunjung tingga nilai sportivitas. Tidak perlu terjadi bentrokan segala," ujarnya.