REPUBLIKA.CO.ID,KAIRO -- Mesir mengirimkan sebuah kapal selam robot untuk membantu pencarian pesawat Egypt Air yang mengalami kecelakaan di Laut Mediterania dengan 66 orang di dalamnya.
Sejumlah kapal dan pesawat yang menyisir laut di bagian utara Alexandria itu telah menemukan sejumlah bagian tubuh manusia, barang bawaan dan puing-puing dari pesawat Airbus 320. Namun,mereka masih mencoba mencari kotak hitam yang dapat memberikan petunjuk terkait penyebab kecelakaan pesawat Kamis lalu itu.
Presiden Abdl Fattah Al Sisi mengatakan bahwa peralatan bawah laut dari industri perminyaan lepas pantai Mesir dikerahkan untuk membantu pencariannya. "Mereka memiliki kapal selam yang dapat menjangkau 3.000 meter di bawah laut," dia mengatakan dalam sebuah pidato melalui televisi.
Seorang sumber dari kementerian perminyakan mengatakan bahwa pernyataan Sisi mengacu kepada kapal selam robot yang seringkali digunakan untuk merawat lokasi pengeboran minyak lepas pantai. Masih belum jelas apakah alat itu mampu membantu pencarian kotak hitam, atau akan digunakan dalam tahapan lain operasi pencarian itu.
Para pakar penyelidikan kecelakaan udara mengatakan bahwa regu pencari memiliki waktu sekitar 30 hari untuk mendengarkan sinyal yang dikeluarkan oleh alat yang dipasangkan di kedua kotak hitam tiap detiknya. Pada tahap pencarian ini mereka biasanya menggunakan hidrofon akustik, mengerahkan lebih banyak robot mutakhir lainnya kemudian untuk memeriksa dasar laut dan mengambil objek apapun begitu ditemukan.
Di lain pihak, Armada Keenam Angkatan Laut Amerika Serikat mengatakan bahwa satu dari pesawat patroli mereka yang membantu pencarian itu telah melihat lebih dari 100 buah puing yang diyakini berasal dari sebuah pesawat, dan telah memberikan data itu kepada Angkatan Laut Mesir. Pesawat Egy ptAir dengan nomor penerbangan 804 itu berangkat dari Paris menuju Kairo, menghilang dari radar pada awal Kamis saat memasuki wilayah udara Mesir di atas Laut Mediterania. Pesawat itu mengangkut 10 orang awak dan 56 orang penumpang yang 30 di antaranya merupakan warga negara Mesir dan 15 orang lainnya berkewarganegaraan Prancis.
Para penyelidik dari Prancis mengatakan bahwa pesawat itu mengirimkan serangkaian peringatan yang mengindikasikan adanya asap yang terdeteksi di dalam pesawat, sesaat sebelum pesawat itu hilang.
Sinyal yang ada tidak menyebutkan apa yang menyebabkan asap atau api itu, dan para pakar penerbangan tidak menyingkirkan kemungkinan apapun apakah itu sabotase yang direncanakan atau sebuah kesalahan teknis, namun mereka memberikan petunjuk awal tentang apa yang terjadi sesaat sebelum kecelakaan.