Senin 23 May 2016 16:41 WIB

Keluarga Ingin Jenazah Pendaki Australia di Everest Dipulangkan

Maria Strydom, seorang pengajar di Universitas Monash yang dikenal koleganya sangat menyukai kegiatan luar ruang meninggal karena penyakit ketinggian ketika berusaha turun dari puncak Gunung Everest.
Foto: abc
Maria Strydom, seorang pengajar di Universitas Monash yang dikenal koleganya sangat menyukai kegiatan luar ruang meninggal karena penyakit ketinggian ketika berusaha turun dari puncak Gunung Everest.

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Orang tua pendaki Australia yang terluka melakukan perjalanan ke Nepal pada Senin (23/5) untuk membantu anak mereka memulangkan jenazah istrinya dari Gunung Everest.

Maria Strydom, seorang dosen universitas yang berusia 34 tahun, terserang penyakit ketinggian dan meninggal saat turun dari puncak gunung itu pada Sabtu, kata perusahaan yang berkantor di Kathmandu yang mengatur ekspedisinya.

Kematian Strydom dan pendaki Belanda Eric Ary Arnold, serta hilangnya dua pendaki gunung asal India pada akhir pekan lalu, menjadi pengingat akan risiko mematikan karena orang mendaki puncak setinggi 8.850 meter (29.035 kaki) itu. Pendakian mereka termasuk dalam jajaran ekspedisi pertama dalam tiga tahun terakhir.

Sekalipun korban jiwa bukan hal yang asing, ada kekhawatiran terbaru jatuhnya korban itu akan kembali mengguncang ekspedisi di Nepal. Setidaknya 18 orang meninggal tahun yang lalu, ketika gempa mengirim salju besar ke arah Base Camp. Sementara itu longsoran salju di kawasan berbahaya Khumbu Icefall menewaskan 16 pemandu pada 2014.

Tragedi yang berurutan itu telah menghentikan pendakian di Everest.

"Ini adalah pendakian yang sulit dan menantang dan banyak orang telah meninggal," kata Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop kepada wartawan di Brisbane.

Ia menambahkan pemerintah telah membantu pemulangan jenazah Strydom. Strydom menderita penyakit ketinggian saat turun dari Camp Four, sekitar 8.000 meter (26.250 kaki), pada Sabtu. Sementara itu Arnold meninggal sehari sebelumnya setelah mencapai puncak.

Dua pendaki asal India masih hilang setelah mereka kehilangan kontak dengan kelompok mereka pada Sabtu di lereng tinggi Everest yang dikenal sebagai "zona kematian". Mei adalah salah satu bulan paling populer untuk mendaki Everest

sebelum puncaknya diselimuti oleh hujan, cuaca dingin dan awan yang dibawa oleh monsun pada Juni.

Suami Strydom, dokter hewan Robert Gropel, adalah bagian dari tim pendaki dan juga menderita penyakit ketinggian paru-paru edema saat menuruni puncak. "Kami benar-benar sangat senang karena ia tampaknya akan selamat," ujar adik Strydom, Aletta Newman mengatakan kepada Australian Associated Tekan dari rumahnya di Brisbane.

"Dia mampu berbicara, tetapi jelas dia benar-benar sedih, dia benar-benar berduka. Dia bertekad tidak meninggalkan Nepal tanpa istrinya," kata Newman.

Orang tua Gropel terbang dari Australia Ahad malam, dan berharap dapat mengatur evakuasi helikopter bagi anak mereka dan jenazah istrinya ke Kathmandu.

Puluhan pendaki telah diselamatkan dari Everest karena menderita radang beku dan cedera dalam dua hari terakhir, menurut pejabat pendakian pada akhir pekan, tanpa memberikan penjelasan.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement