Senin 23 May 2016 19:01 WIB

Keluarga Korban Egypt Air Sulit Percaya Pesawat Kecelakaan

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Ani Nursalikah
Pesawat Egypt Air terbang melewati menara masjid saat mendekati Bandara Internasional Kairo di Kairo, Mesir, Sabtu, 21 Mei 2016.
Foto: AP Photo/Amr Nabil
Pesawat Egypt Air terbang melewati menara masjid saat mendekati Bandara Internasional Kairo di Kairo, Mesir, Sabtu, 21 Mei 2016.

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Amal duduk di lobby hotel sambil terus memandangi bandara Kairo, Mesir. Matanya bengkak, hasil menangisi kehilangan putrinya, Samar Ezzedine. Samar adalah salah satu pramugari pesawat Egypt Air MS804 yang terjun ke laut Mediterania ketika perjalanan pulang dari Paris, Prancis.

Saudari Amal, Mona mengatakan ia tidak mau beringsut dari posisinya. "Ia tidak mau percaya, saya katakan untuk mematikan ponselnya, tapi ia berandai-andai bagaimana jika Samar menelepon?" kata Mona menirukan respons saudaranya.

Meski otoritas Mesir telah mengonfirmasi pesawat mengalami kecelakaan, sejumlah keluarga penumpang masih belum mempercayainya. Samar adalah salah satu diantara 66 orang di dalam pesawat termasuk kru.

Puluhan orang berpakaian hitam berkumpul di masjid untuk melakukan shalat gaib. Mereka menunjukkan belasungkawa pada keluarga korban. Tangis tak bisa dibendung. Amal tetap menolak ucapan belasungkawa.

"Ia hilang, siapa yang menggelar pemakaman untuk orang hilang?" kata dia.

Sejumlah keluarga korban asal Prancis terbang ke Kairo untuk proses penyelidikan, namun mereka dijauhkan dari jangkauan media.

Pada Sabtu, tim pencari berhasil menemukan serpihan, termasuk koper, sobekan kursi kabin, puing dan jenazah. Hingga saat ini belum ada laporan hasil identifikasi. Tes DNA sedang dalam proses.

Dikutip dari Independent, penyebab kecelakaan masih misterius. Data penerbangan menyebut ada asap terdeteksi di toilet kabin pesawat. Pada Ahad (23/5), sebuah laporan terbaru yang disiarkan oleh televisi Prancis, M6 menyebut hal kontradiksi.

M6 mengutip seorang pejabat anonim dari badan penerbangan Prancis. Menurutnya, pilot Egypt Air menghubungi pengendali lalu lintas udara untuk membahas adanya asap di kabin. "Perbincangan itu terjadi beberapa menit," katanya yang bertentangan dengan pernyataan otoritas Mesir.

Dari hasil perbincangan itu, pilot memutuskan menurunkan ketinggian darurat untuk menurunkan tekanan di kabin agar asap yang saat itu memenuhi bagian depan pesawat berkurang. Namun tak lama, pesawat hilang dari radar.

Sebelumnya, otoritas tidak menyebut adanya panggilan marabahaya dari awak pesawat. Juru bicara maskapai sempat mengatakan ada panggilan darurat. Namun hal ini dibantah militer Mesir dan pernyataan ditarik kembali oleh Egypt Air.

Pernyataan ini belum dikonfirmasi oleh badan penyelidikan kecelakaan udara Prancis, BEA. Informasi tersebut juga tidak disebutkan oleh otoritas Mesir pada penyidik BEA yang diterbangkan ke Kairo untuk ikut dalam investigasi resmi.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement