REPUBLIKA.CO.ID, SUBANG -- Empat rumah dilaporkan hanyut terbawa arus dalam peristiwa banjir bandang yang terjadi di Desa Sukakerti, Kecamatan Cisalak, Kabupaten Subang, Jawa Barat, Ahad (22/5) malam hingga Senin (23/5).
"Kita kaget, karena tiba-tiba saja terdengar suara gemuruh yang menghantam rumah. Setelah dilihat ternyata banjir," kata Sujana, seorang korban banjir, di Subang, Senin.
Sujana hanya bisa menyelamatkan anak dan isteri saja. Pakaian saja sudah habis semuanya.
Ia mengatakan, banjir bandang terjadi tiga kali sejak Ahad malam hingga Senin. Banjir bandang susulan terakhir terjadi pada Senin pagi hingga air di depan rumahnya mencapai ketinggian sekitar dua meter.
Data kantor Desa Sukakerti pada Senin sore menyebutkan, banjir bandang telah merusak 32 unit rumah milik warga. Empat rumah di antaranya hanyut terbawa arus banjir.
Akibat peristiwa itu, sebanyak 401 warga menjadi korban banjir, dan 388 di antaranya mengungsi ke tempat yang lebih aman. Dilaporkan pula, terdapat enam orang yang meninggal dunia, dan tujuh orang lainnya mengalami luka-luka.
Sejumlah warga setempat mengaku kaget atas peristiwa banjir yang baru pertama kali terjadi di daerahnya. Ia mengaku tidak sempat menyelamatkan barang-barang perabotan rumahnya. Sebab, banjir terjadi secara tiba-tiba dan arus banjir cukup besar.
Ketua Tagana Subang, Jajang, mengatakan, bencana alam banjir bandang itu terjadi saat terjadi hujan deras di wilayah Cisalak yang berada di ketinggian di kawasan Gunung Bukit Tunggul. Di Desa Bukanagara, terjadi tiga titik ilongsor yang pada akhirnya membendung Sungai Cihideung.
"Saat longsorannya membendung sungai, longsoran di sungai itu akhirnya jebol dan menerjang perkampungan di bawahnya, yakni Kampung Cihideung," kata dia.
Hingga berita ini dilaporkan, petugas gabungan dari Polri, TNI, Tagana, dan sejumlah aparat Pemkab Subang masih berjaga-jaga di kantor Desa Sukakerti. Itu dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya banjir bandang susulan.