REPUBLIKA.CO.ID, WINA -- Austria sedang menghitung ratusan ribu surat suara untuk menentukan presiden baru, Senin (23/5). Dua kandidat yang bersaing adalah Norbert Hofer dari Partai Freedom yang anti-imigrasi dan Alexander Van der Bellen, seorang independen kiri.
Pertarungan kali ini lebih menitikberatkan pada posisi Austria terhadap imigran. Austria merupakan negara kaya dengan tingkat pengangguran yang rendah. Masalah ekonomi bukan sasaran utama kampanye.
Kesejahteraan menjadi salah satu sasaran para imigran dari Timur Tengah. Sekitar 700 ribu surat suara akan menentukan siapa presiden selanjutnya. Kementerian Dalam Negeri akan mengumumkan hasilnya pada pukul 13.30 waktu setempat.
Prediksi awal menempatkan Van der Bellen sebagai favorit. Namun meski ia bisa membuat celah yang lebar dengan Hofer, partai Freedom kemungkinan tidak akan menerima kekalahan. "Kami telah menang," kata pendukung Hofer.
Hasil provisi pada Ahad, tidak termasuk surat suara, menunjukkan Hofer memimpin dengan 51,9 persen. Sementara Van der Bellen mengamankan 48,1 persen suara. Proyeksi SORA Institute menunjukan keduanya bisa melampaui 50 persen.