Senin 23 May 2016 22:44 WIB

Erupsi Gunung Sinabung, Mensos Minta Alarm Warning System Dipasang

Rep: Issha Harruma/ Red: Bayu Hermawan
Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa (kanan) didampingi Kapolres Karo AKBP Pangasian Sitio (kiri) meninjau lokasi Gunung Sinabung, Karo, Sumatera Utara, Senin (23/5).
Foto: Antara/Irsan Mulyadi
Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa (kanan) didampingi Kapolres Karo AKBP Pangasian Sitio (kiri) meninjau lokasi Gunung Sinabung, Karo, Sumatera Utara, Senin (23/5).

REPUBLIKA.CO.ID, KARO -- Menteri Sosial (Mensos) Khofifah Indar Parawansa meninjau lokasi yang terkena luncuran awan panas dari Gunung Sinabung di Desa Gamber, Simpang Empat, Karo, Sumatra Utara, Senin (23/5).

Di desa ini, tujuh warga yang sedang berkebun tewas digulung awan panas, Sabtu (21/5) lalu. Dua lainnya masih kritis hingga sekarang. Desa Gamber hanya berjarak lima kilometer dari puncak gunung Sinabung dan masuk dalam zona merah.

Abu vulkanik pun tampak tebal menyelimuti ladang dan jalanan menuju desa ini. Meski begitu, berdasarkan pantauan Republika, masih saja ada warga yang beraktifitas di dekat desa ini.

Tiba di portal yang membatasi desa tersebut, Khofifah dan rombongan langsung berhenti dan turun dari mobil. Ia pun sempat berbincang dengan aparat TNI yang berjaga di sana selama sekitar setengah jam.

"Tidak mudah memprediksi kapan masyarakat bisa kembali ke sini karena erupsinya sendiri tidak terprediksi sampai kapan. Sekarang yang harus disiapkan alarm warning system agar ketika ada tanda-tanda aktifitas vulkanik di Sinabung, masyarakat bisa ikuti proses yang harus dilakukan. Menurut bupati ini sedang dilakukan pemasangan," katanya.

Sebelum terkena luncuran awan panas, sejumlah warga masih nekat berkebun dan tinggal di desa ini. Prajurit TNI di bawah komando Dandim 02/05 Karo Letkol Inf Agustatius Sitepu pun melakukan evakuasi paksa terhadap warga yang masih berada di sana, Ahad (22/5) kemarin.

Khofifa pun meminta pemerintah kabupaten Karo, TNI dan Polri untuk terus memberikan pemahaman agar warga tidak lagi melakukan aktifitas di wilayah yang dilarang, khususnya yang berada di radius lima kilometer. Menurutnya, pemahaman harus diberikan demi keselamatan warga itu sendiri.

"Namanya kultur agraris kan biasa bercocok tanam, aset pun masih di sini sehingga proses memberi pemahaman untuk tidak berada di zona merah saya harap bisa terus dilakukan untuk keselamatan masyarakat. Mudah-mudahan masyarakat bisa memahami," ujarnya.

Seperti diketahui, tujuh orang tewas dan dua lainnya kritis akibat terkena luncuran awan panas, Sabtu (21/5). Kesembilan warga desa Gamber, Simpang Empat, Karo tersebut terkena awan panas saat sedang beraktifitas di desa yang masuk dalam zona merah itu.

Saat ini, dua korban kritis masih dirawat secara intensif di RSUP H Adam Malik, Medan. Keduanya mengalami luka bakar di atas 60 persen.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement