REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Sebuah kapal Prancis bergabung dalam upaya internasional mencari kotak hitam dan puing lain pesawat Egypt Air MS804, Senin (23/5).
Lima hari usai bencana udara tersebut, pertanyaan belum terjawab menganai apa yang terjadi pada pesawat sebelum menghilang dari layar radar, Kamis.
Otoritas Mesir meyakini terorisme sebagai penjelasan di balik kegagalan peralatan. Sejumlah ahli penerbangan mengatakan pesawat MS804, menurut menteri pertahanan Yunani, mengalami ledakan bom atau perkelahian di kokpit.
Namun, sejauh ini belum ada bukti yang menunjukkan hal itu.
Baca: Mesir Minta Data Egypt Air dari Prancis dan Yunani
Sebuah laporan Kementerian Penerbangan Sipil Mesir pada 2013 mencatat pesawat Airbus 320 yang sama melakukan pendaratan darurat di Kairo tahun itu. Pesawat mendarat darurat tidak lama setelah tinggal landas menuju Istanbul karena mesin terlalu panas.
Saat itu Egypt Air A320 GCC terbang dari Kairo menuju Istanbul. Saat pesawat mencapai ketinggian 24 ribu kaki, pilot menyadari salah satu mesin terlalu panas.
Sebuah peringatan "mesin nomor satu macet" muncul di layar. Setelah melakukan pemeriksaan, pilot memutuskan kembali ke bandara Kairo. Di sana petugas memeriksa mesin, melepasnya dan mengirimnya untuk diperbaiki.
Tidak ada orang yang terluka, tidak ada api dan kerusakan pada pesawat.
Ahli penerbangan mengatakan mesin yang terlalu panas tidak biasanya terjadi dan bukan penyebab kecelakaan.