Selasa 24 May 2016 15:38 WIB

Bayi-Bayi di Kamp Pengungsian Yunani

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Ani Nursalikah
Lebih dariu 7.000 orang terjebak di kamp pengungsi di perbatasan Yunani-Makedonia dekat desa Yunani, Idomeni.
Foto: AFP Photo/Louisa Gouliamaki
Lebih dariu 7.000 orang terjebak di kamp pengungsi di perbatasan Yunani-Makedonia dekat desa Yunani, Idomeni.

REPUBLIKA.CO.ID, IDOMENI -- Perempuan hamil berjalan melintasi perbatasan Suriah ke Turki, menyeberangi laut Aegean dalam perjalanan berbahaya. Mereka mempertaruhkan nyawa mereka sendiri dan bayi dalam kandungan mereka demi mimpi anak-anak mereka lahir di dunia yang lebih baik dalam damai, negara sejahtera si Eropa tengah atau utara.

Tapi negara-negara Balkan dan Eropa yang dikejutkan banyaknya orang mengetuk pintu mereka, menutup perbatasan awal tahun ini. Meninggalkan ibu hamil di antara sekitar 54 ribu orang terdampar di Yunani.

Terperangkap oleh penutupan perbatasan Makedonia, puluhan perempuan telah membawa anak-anak mereka ke dunia di kamp-kamp pengungsi di Yunani, yang terbesar adalah kamp dadakan di Idomeni, perbatasan itu sendiri.

Di sana, wanita menyusui bayi mereka di tenda-tenda kecil, berjuang menciptakan kondisi memadai di tengah cuaca dingin dan hujan atau panas dari musim semi Balkan. Sebagian besar bayi tidur di tumpukan selimut, sedangkan yang beruntung memiliki tempat tidur bayi hasil sumbangan relawan.

Uday lahir pada 11 April. Seluruh bulan pertamanya dia habiskan di tenda kecil orang tuanya di depan stasiun kereta api Idomeni. Di tenda tersebut, ibunya Alia Mohamad (21 tahun) merawat Uday dan berjuang menenangkan tangisan anak lelakinya itu.

"Saya berpikir tentang hal itu (masa depan), saya tidak tahu bagaimana masa depannya," kata Alia yang melarikan diri dengan suaminya dari Aleppo, Suriah dan berada di Idomeni sejak 28 Februari.

"Apa yang saya pikir adalah, masa depan anak saya hilang, Dengan situasi dan dengan apa yang kami alami, saya tidak yakin ia akan memiliki masa depan," ujar dia, dikutip dari news.com.au.

Alia dan suaminya, Mahmud Kusa Ali berharap mecapai Belgia ataupun Belanda dan mempertaruhkan hidup mereka untuk sampai ke Eropa. Perahu yang membawa mereka dari pantai Turki bocor, dan mereka hamppir tenggelam. Sekarang, kata dia, mereka tidak tahu harus melakukan apa dan sedang mempertimbangkan bahkan kembali ke Suriah akan lebih baik untk kondisi saat ini.

"Saya putus asa karena bayi saya lahir dalam kondisi seperti ini. Anak tersiksa dan saya tersiksa dengannya," kata Alia.

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement