Rabu 25 May 2016 11:27 WIB

Megawati Klarifikasi Soal Lepasnya Tiga Pulau dan Penjualan Gas ke Cina

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Bayu Hermawan
Megawati Soekarnoputri
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Megawati Soekarnoputri

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Megawati Soekarnoputri menerima gelar doktor honoris causa di bidang politik dan pemerintahan di Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat. Dalam kesempatan itu, Megawati pun menyampaikan pertanggungjawabannya saat menjabat sebagai presiden pada 2001-2004 silam.

"Pada kesempatan ini izinkan saya menyampaikan beberapa hal sebagai pertanggungjawaban sejarah atas berbagai persoalan penting ketika saya menjadi presiden," kata Megawati dalam pidatonya di Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat, Rabu (25/5).

Persoalan pertama yakni terkait sengketa Sipadan dan Ligitan. Menurut dia, bersadarkan Undang-Undang Nomor 4/Perppu/1960 tentang Negara Kepulauan, Sipadan dan Ligitan bukan merupakan wilayah Indonesia.

Namun, kedua pulau itu juga bukan wilayah Malaysia sehingga diperebutkan oleh Indonesia dan Malaysia. Sengketa kedua pulau itu terjadi sejak 1967. Kemudian, pada 1996, pemerintahan Presiden Soeharto sepakat membawa sengketa dua pulau tersebut ke Mahkamah Internasional di Den Haag, Belanda.

Megawati menyampaikan, hasil keputusan Mahkamah Internasional itu ditetapkan pada 2002 saat ia menjabat sebagai presiden.

Permasalahan kedua, yakni Pulau Nipah yang merupakan kedaulatan Indonesia. Megawati mengatakan, ia telah berusaha mempertahankan dan menunjukkan kepada Singapura bahwa Pulau Nipah merupakan bagian dari Indonesia.

Dan ketiga, permasalahan proyek LNG antara Indonesia dengan Cina. Ia menjelaskan, kondisi ekonomi Indonesia saat itu tengah mengalami krisis. Pasokan minyak internasional pun masih melimpah sehingga tak ada satu pun negara yang berniat membeli gas Indonesia.

Untuk mengekspor gas bumi haruslah dalam bentuk liquified natural gas (LNG). Megawati mengatakan, saat itu Indonesia harus bersaing dengan Rusia dan Australia yang bertetangga dengan Cina dan berencana membangun pipa gas ke negara tersebut.

"Saya akhirnya memutuskan melakukan lobi diplomatik "Lenso Bengawan Solo" secara langsung dengan Presiden Cina Jiang Zemin," kata Megawati. Akhirnya, Cina pun membatalkan kerja sama dengan Rusia dan Australia dan melakukan kerja sama dengan Indonesia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement