REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Provinsi Bali ditetapkan sebagai center of excellence energi bersih dan terbarukan. Gubernur Bali, I Made Mangku Pastika mengatakan setidaknya 10 desa yang masuk ke dalam program Gerakan Pembangunan Desa Terpadu (Gerbangsadu) akan dibangun sistem listrik bertenaga surya (solar cell).
"Minimal 10 desa ini masing-masingnya bisa menghasilkan listrik tenaga surya satu mega watt (MW)," kata Pastika di Denpasar, Rabu (25/5).
Pastika berharap energi surya tersebut nantinya bisa memberi pendapatan tambahan bagi desa yang berasal dari sisa listrik yang dijual ke PLN. Desa tersebut juga berkontribusi menciptakan energi terbarukan.
Wilayah Singaraja dan Karangasem, menurut Pastika paling cocok untuk menjadi pusat listrik tenaga surya di Bali.
Pada 10 desa yang direncanakan menerapkan teknologi untuk mengefisiensi penggunaan listrik.
General Manager PLN Distribusi Bali, Sandika Aflianto mengatakan pihaknya siap mendukung rencana pemerintah provinsi. PLN Bali siap membeli sisa kelebihan listrik yang dihasilkan masing-masing desa dengan harga 20 sen per kwH sesuai peraturan yang berlaku saat ini. "Selain memenuhi kebutuhan listrik bagi desa-desa miskin di Bali, desa-desa juga memperoleh sumber pendapatan baru," katanya.
Bali akan menandatangani kesepakatan sebagai center of excellence bersama pemerintah pusat pada 1 Juni 2016 mendatang. Rencananya diluncurkan sistem smart grid untuk tata kelola energi listrik untuk mengakomodasi pembangkit listrik berbahan bakar energi terbarukan.
Teknologi sensor dan kendali otomatis pada smart grid memungkinkan pengaturan pengaktifkan peralatan listrik konsumen secara otomatis. Ini mempertimbangkan jumlah energi listrik yang ada. Teknologi ini, kata Sandika, tidak hanya diletakkan pada sisi konsumen, namun juga sisi grid. Jika terjadi kerusakan pada jalur pengiriman energi listrik, maka rute pengiriman energi listrik akan dialihkan melalui jalur lain sehingga pemadaman listrik bisa berkurang.