Rabu 25 May 2016 14:06 WIB

Antisipasi Kandungan Berbahaya, Mutu Pangan Kota Bandung Diawasi

Rep: C26/ Red: Israr Itah
 Pedagang makanan tradisional di Jalan Braga, Bandung.  (Republika/Edi Yusuf)
Pedagang makanan tradisional di Jalan Braga, Bandung. (Republika/Edi Yusuf)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Distan KP) Kota Bandung akan melakukan pengawasan mutu pangan jelang bulan Ramadhan. Sebab menjelang bulan puasa sering ditemukan kasus pangan yang memiliki kandungan membahayakan akibat ulah nakal pedagang.

Kepala Distan KP Elly Wasliah mengatakan pihaknya mengantisipasi ulah nakal pedagang. Baik dari penambahan unsur kimia berbahaya hingga pengoplosan daging.

"Kita akan melakukan pengawasan mutu pangan jelang Ramadhan ini. Seperti ada nggak daging celeng (babi) yang biasanya dicampur ke daging sapi, atau penambahan zat kimia berbahaya seperti boraks dan lain-lain," kata Elly kepada Republika.co.id, Rabu (25/5).

Menurutnya hal tersebut tentu sangat membahayakan bagi konsumen. Oleh karenanya dalam waktu dekat hingga Ramadhan nanti pihaknya akan menerjunkan petugas untuk melakukan pemantauan. 

Petugas Distan KP disebutnya juga akan bersiaga di pasar tradisional maupun swalayan. Diharapkan dengan begitu dapat mengantisipasi tindakan nakal para pedagang yang ingin meraup keuntungan berlebih.

"Kami akan periksa intens dengan monitoring di lapangan dari segi mutu pangan dan ketersediaan stok juga harga," ujarnya.

Pengawasan makanan berbahaya  juga dilakukan Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) menjelang puasa. Mengingat konsumsi bahan makanan yang rentan dicampur zat berbahaya meningkat.

"Kami melakukan pengawasannya dengan intensifikasi terkait. Selain supermarket dan toko, kami juga ke para distributornya," kata Kepala BBPOM Bandung, Abdul Rahim. 

Pada bulan Ramadhan ia menyebutkan yang rawan terkontaminasi zat berbahaya adalah takjil atau makan saat membuka puasa. Sebab biasanya bahan takjil dibuat agar lebih tahan lama dengan memberikan campuran pengawet. 

"Jangan membuat biar tahan dua hari tiga hari empat hari ditambahkan formalin, ditambahkan boraks," ujarnya.

Pasalnya, ujar dia, pada tahun lalh kasus semacam itu masih ditemukan. Seperti pada mi basah, kolang kaling, dan cincau.

Ia mengimbau kepada masyrakat untuk lebih waspada dalam membeli bahan pangan. Konsumen diharapkan memperhatikan izin edar dari BPP ataupun dinas kesehatan. Mulai dari status halal juga waktu kedaluarsanya.

Tak hanya konsumen, melainkan juga para pedagang diminta lebih waspada karena tak jarang ulah nakal dilakukan oleh produsen.

"Untuk para pedagang kenali produsennya. Bagi produsen, tolong Ramadhan ini kita memberikan makanan terbaik bagi umat Muslim, jangan mencampurkan yang dilarang oleh pemerintah," ujarnya.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement