REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kepengurusan Partai Golkar dalam Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) dinilai hanya monopoli satu faksi. Pengamat politik Guspiabri Sumowigeno menilai faksi Abu Rizal Bakrie melakukan penindasan kepada faksi-faksi lain di dalam Golkar.
Guspiabri mengatakan Munaslub yang diselenggarakan di Bali Nusa Dua Convention Center memiliki sisi formal legalistik yang baik. Tapi sayangnya aspek politiknya tidak terkelola dengan baik. Formal legalistik yang sudah memenuhi syarat serta dukungan dari pemerintah justru digunakan oleh faksi Abu Rizal Bakrie untuk menindas faksi yang lain. "Jangan digunakan untuk menindas. ini yang dilakukan menindas dia," kata Guspiabri, Rabu (25/5).
Guspiabri mengatakan dengan struktur Ketua Umum Partai Setya Novanto, Sekretaris Jenderal diisi Idrus Marham, Bendahara Umum Robert Joppy Kardinal, sedangkan Ketua Harian Nurdin Halid akan menyebabkan perpecahan di Golkar. Menurut Guspiabri hal ini akan merugikan Golkar sendiri.
Bahkan, kata dia, perpecahan yang sempat rekat ketika Munaslub dapat kembali terjadi. Tidak mungkin faksi-faksi yang merasa disingkirkan akan mendirikan atau eksodus ke partai lain.
Baca juga, Kemenangan Setya Novanto Disebut Sebagai Kebangkitan Partai Golkar.
Guspiabri menjelaskan dulu Golkar tidak hanya partai besar. Tapi juga memiliki kader-kader yang berpotensi dan dipercaya publik. Dengan struktur kepengurusan saat ini menurutnya akan sulit bagi Golkar untuk meningkat kembali kepercayaan publik.
"Hari ini dari teman-teman survei menyatakan Golkar hanya memiliki 10 persen suara, mungkin ke depannya bisa 8 persen," kata Guspiabri.