REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik Guspiabri Sumowigeno melihat struktur kepemimpinan Golkar pasca-Munaslub tidak lebih sekedar dari kelompok kecil Ketua Umum Golkar sebelumnya, yakni Abu Rizal Bakrie (Ical).
Guspiabri mengatakan dengan melihat struktur kepengurusan Golkar saat ini maka tujuan Munaslub untuk merekatkan kembali faksi-faksi yang pecah malah gagal.
"Saya memahami ketidakpuasan dari berbagai faksi di Golkar posisi-posisi penting hanya dikuasai satu faksi. Faksinya Pak Ical sendiri. Kan kira-kira gitu ya bahkan bukan hasil DPP Munas Bali, kan kalau hasil Munas bali masih ada Bambang Soesatyo, ada Ade Komarudin, cenderung hilang, sepertinya diabaikan di dalam struktur partai," katanya, Rabu (25/4).
Guspiabri mengatakan pada kenyataannya dalam Partai Golkar ada banyak faksi. Dan faksi-faksi ini sudah memiliki sejarah yang cukup panjang.
Dengan adanya monopoli kepengurusan yang dilakukan oleh faksi Abu Rizal Bakrie tentu akan merugikan upaya penyatuan dan perekat faksi-faksi tersebut.
"Inti Munaslub kan untuk menyatukan partai bisa berantakan," ujarnya.
Ketua Umum Setyo Novanto dan Seketari Jendral Idrus Marham, tambah Guspiabri, adalah orang-orang dekat Abu Rizal Bakrie. Hal ini akan menyulitkan upaya merangkul faksi lain dalam DPP.
Kecenderungan akan adanya perpecahan dalam tubuh Golkar juga akan kembali menguat. Terlebih keputusan pengurus tersebut dalam Munaslub tidak terjadi dinamika yang hangat.
"Pasti yang lain menolak diberikan posisi-posisi yang seremonial tidak strategis," tambahnya.