Rabu 25 May 2016 17:54 WIB

Pengamat: Kepengurusan Golkar Hanya Perpanjangan Tangan Ical

Rep: Lintar Satria/ Red: Bayu Hermawan
Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto didampingi Sekjen Golkar Idrus Marhan menerima bendera Golkar dari Ketua Sidang Nurdin Halid usai Munaslub Partai Golongan Karya di Nusa Dua, Bali, Selasa (17/5).(Republika/Yasin Habibi)
Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto didampingi Sekjen Golkar Idrus Marhan menerima bendera Golkar dari Ketua Sidang Nurdin Halid usai Munaslub Partai Golongan Karya di Nusa Dua, Bali, Selasa (17/5).(Republika/Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik Guspiabri Sumowigeno melihat struktur kepemimpinan Golkar pasca-Munaslub tidak lebih sekedar dari kelompok kecil Ketua Umum Golkar sebelumnya, yakni Abu Rizal  Bakrie (Ical).

Guspiabri mengatakan dengan melihat struktur kepengurusan Golkar saat ini maka tujuan Munaslub untuk merekatkan kembali faksi-faksi yang pecah malah gagal.

"Saya memahami ketidakpuasan dari berbagai faksi di Golkar posisi-posisi penting hanya dikuasai satu faksi. Faksinya Pak Ical sendiri. Kan kira-kira gitu ya bahkan bukan hasil DPP Munas Bali, kan kalau hasil Munas bali masih ada Bambang Soesatyo, ada Ade Komarudin, cenderung hilang, sepertinya diabaikan di dalam struktur partai," katanya, Rabu (25/4).

Guspiabri mengatakan pada kenyataannya dalam Partai Golkar ada banyak faksi. Dan faksi-faksi ini sudah memiliki sejarah yang cukup panjang.

Dengan adanya monopoli kepengurusan yang dilakukan oleh faksi Abu Rizal Bakrie tentu akan merugikan upaya penyatuan dan perekat faksi-faksi tersebut.

"Inti Munaslub kan untuk menyatukan partai bisa berantakan," ujarnya.

Ketua Umum Setyo Novanto dan Seketari Jendral Idrus Marham, tambah Guspiabri, adalah orang-orang dekat Abu Rizal Bakrie. Hal ini akan menyulitkan upaya merangkul faksi lain dalam DPP.

Kecenderungan akan adanya perpecahan dalam tubuh Golkar juga akan kembali menguat.  Terlebih keputusan pengurus tersebut dalam Munaslub tidak terjadi dinamika yang hangat.

"Pasti yang lain menolak diberikan posisi-posisi yang seremonial tidak strategis," tambahnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَاِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّ اَرِنِيْ كَيْفَ تُحْيِ الْمَوْتٰىۗ قَالَ اَوَلَمْ تُؤْمِنْ ۗقَالَ بَلٰى وَلٰكِنْ لِّيَطْمَىِٕنَّ قَلْبِيْ ۗقَالَ فَخُذْ اَرْبَعَةً مِّنَ الطَّيْرِفَصُرْهُنَّ اِلَيْكَ ثُمَّ اجْعَلْ عَلٰى كُلِّ جَبَلٍ مِّنْهُنَّ جُزْءًا ثُمَّ ادْعُهُنَّ يَأْتِيْنَكَ سَعْيًا ۗوَاعْلَمْ اَنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌحَكِيْمٌ ࣖ
Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata, “Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati.” Allah berfirman, “Belum percayakah engkau?” Dia (Ibrahim) menjawab, “Aku percaya, tetapi agar hatiku tenang (mantap).” Dia (Allah) berfirman, “Kalau begitu ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah olehmu kemudian letakkan di atas masing-masing bukit satu bagian, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera.” Ketahuilah bahwa Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.

(QS. Al-Baqarah ayat 260)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement