REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Penelitian di Inggris menemukan bahwa perempuan Muslim mendapatkan dua jenis diskriminasi sekaligus, yakni agama dan gender. Perlakuan diskriminatif tersebut seringkali dialami di tempat kerja, dari media daring dan dalam kehidupan politik.
Dilansir dari The Indpendent, Muslimah di Inggris mengalami kesulitan signifikan di tempat kerja, termasuk diskriminasi kehamilan dan rasial saat melampirkan aplikasi pekerjaan. Mereka yang memiliki gelar pun, dikatakan lebih kecil kemungkinan mendapatkan kerja tingkat sarjana dibandingkan wanita Kristen berkulit putih.
Hal itu terjadi walau pelamar Muslimah itu memiliki kualisifkasi yang sama, dengan pelamar wanita Kristen berkulit putih. Bahkan, Muslimah Inggris sangat kecil kemungkinan menerima balasan untuk sebuah aplikasi pekerjaan, ketika ia mengirimkan lamaran dan daftar riwayat hidup.
Satu dari 8 Muslimah mengatakan mereka dilarang secara ilegal untuk menikah atau memiliki anak, saat wawancara kerja. Sementara, 1 dari 4 majikan mengakui ragu untuk mempekerjakan wanita Muslim, karena kekhawatiran anak-anak mereka mendapatkan masalah dan atas dasar asumsi budaya dan stereotipe.
Selain itu, 43 persen wanita Muslim di Inggris merasa diperlakukan berbeda saat wawancara kerja, dan meningkat 50 persen bagi mereka yang berhijab. Pelecehan verbal di tempat umum turut diangkat dalam penelitian ini, terutama bagi mereka yang terlihat menggunakan hijab dan dianggap sebagai seorang Muslim.
Tindakan peludahan dan disuruh melepas cadar menjadi yang sering terjadi, terutama setelah pemboman Brussels dan serangan Paris. Pelecehan itu terjadi juga di media-media daring, yang menargetkan para Muslimah karena menggunakan hijab dan pakaian keagamaan lain.
Salah satu anggota parlemen Inggris, Tulip Siddiq, mengatakan laporan itu telah menunjukkan Islamofobia menjadi isu yang mendesak untuk ditangani. Malah, ia merasa diskriminasi saat wanita Muslim mencari pekerjaan bukanlah sesuatu yang mengjutkan lagi di Inggris.
"Wanita Muslim harus menanggung prasangka tambahan terkait kesalahpahaman tentang keyakinan mereka, apakah itu dari pakaian yang mereka kenakan atau stereotip yang merugikan tentang keyakinan mereka," kata Siddiq, Kamis (26/5).