Sabtu 28 May 2016 14:33 WIB

Anggota DPR Berharap Impor Bawang Merah Ditinjau Ulang

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Teguh Firmansyah
Pekerja memeriksa bawang merah yang dikeringkan di Gudang Bulog Divre Jakarta, Senin (16/5).  (Republika / Wihdan )
Foto: Republika/ Wihdan
Pekerja memeriksa bawang merah yang dikeringkan di Gudang Bulog Divre Jakarta, Senin (16/5). (Republika / Wihdan )

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi IV DPR RI, Ibnu Multazam meminta pemerintah meninjau rantai distribusi bawang merah dari petani. Usulan tersebut mengacu pada rencana pemerintah mengimpor bawang merah. Sebab, berdasarkan data Kementerian Pertanian (Kementan) RI, stok bawang merah di gudang-gudang Bulog, melimpah.

Politikus dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu menilai, persoalan pokok dari sejumlah kebutuhan bahan pokok di Indonesia, yakni distribusi.  "Kalau menurut saya, rantai pasok kalau memang cukup, (permasalahannya) itu ya di distribusi," kata Ibnu saat dihubungi Republika.co.id, Sabtu (28/5).

Ia menyebut, ditribusi bahan pokok dari petani ke konsumen berantai. Ia mencontohkan, di Nganjuk, Jawa Timur, harga bawang merah di petani senilai Rp 7.000 per kilo. Namun, di pasar-pasar sekitar daerah itu, harga bawang merah mencapai Rp 25 ribu per kilo.

Ibnu menuturkan, selama ini petani 'malas' untuk susah. Sehingga, sudah menjadi kebiasaan jika mereka menjual hasil panen, seperti beras, bawang, padi, jagung, kedelai, langsung di sawah. "Kalau memang masalahnya di distribusi, ada beberapa tingkatan rantai distribusi, maka itu yang perlu dipangkas. Jangan mengambil langkah pendek dan cepat dengan mengambil langkah impor," tutur Ibnu.

Baca juga, Kementan Pastikan tak Ada Impor Bawang Merah pada 2016.

Ia menegaskan, permasalahan distribusi harus segera dicarikan solusi bersama. Ia mengingatkan, saat ini harga solar sudah turun, seharusnya ongkos angkut juga ikut turun. "Nah itu kan menteri perhubungan dan menteri perdagangan, harus kordinasi. Karena semua pemerintah," ujarnya.

Ibnu mempertanyakan kendala pemerintah dalam mengatasi sejumlah kebutuhan bahan pokok. "Menurut data dikatakan melimpah, tapi kok impor. Di mana letak persoalan ini," kata dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement