Ahad 29 May 2016 01:39 WIB

Pemerintah Diminta Pikirkan Nasib Petani Bawang

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Karta Raharja Ucu
Petani memeriksa tanaman bawang merah di area persawahan Desa Larangan, Kecamatan Larangan, Brebes, Jawa Tengah, Senin, (11/4). (Republika/Agung Supriyanto)
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Petani memeriksa tanaman bawang merah di area persawahan Desa Larangan, Kecamatan Larangan, Brebes, Jawa Tengah, Senin, (11/4). (Republika/Agung Supriyanto)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah berencana mengimpor bawang merah 2.500-5.000 ton untuk menstabilkan harga komoditas itu yang cukup tinggi. Anggota Komisi IV DPR RI, Ibnu Multazam meminta pemerintah meninjau ulang rencana tersebut.

Peninjauan ulang tersebut menurut dia untuk memikirkan nasib para petani bawang di Tanah Air. "Jadi pemerintah harus berfikir ke petani, jangan hanya berpikir bagaimana stok di dalam negeri melimpah tapi tanamnya di luar negeri," kata Ibnu saat dihubungi Republika, Sabtu (28/5).

Menko Bidang Perekonomian, Darmin Nasution beralasan, impor dilakukan karena suplai bahan pokok ini mulai surut. Berdasarkan data Kementerian Pertanian (Kementan) RI, stok bawang merah di gudang-gudang Bulog melimpah. Bahkan, petani sudah siap panen pada Juni dengan estimasi produksi 126.130 ton.

Selain itu, produksi juga diperkirakan melimpah pada Juli mendatang. Yakni, sebanyak 137.807 ton, sementara kebutuhan hanya 89.615 ton. Politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu mengusulkan, sepanjang data dari Kementerian Pertanian yang merupakan pemerintah itu valid, sebaiknya kebijakan impor harus ditinjau ulang.