REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sutradara muda Wregas Bhanuteja berencana membuat film panjang setelah film pendek kelimanya, Prenjak (In the Year of Monkey), baru-baru ini menjadi film terbaik dalam kategori kritik mingguan (Semaine de la Critique) dalam Festival Film Cannes 2016 di Prancis.
"Saya dan teman-teman setuju bahwa ini saatnya kami develop film panjang pertama setelah lima kali membuat film pendek," ujar Wregas usai pemutaran film "Prenjak" di Institut Kesenian Jakarta (IKJ), Sabtu (28/5) malam.
Namun, alumnus Fakultas Film dan Televisi (FFTV) IKJ itu mengaku belum menemukan ide cerita untuk film panjang yang rencananya akan mulai diproduksi akhir 2017 itu.
"Ceritanya bagaimana belum ketemu, karena saya butuh istirahat seminggu setelah dari Cannes kemarin untuk menyusun jadwal ke depan," ungkapnya.
Wregas mengakui bahwa selama ini membuat berbagai film pendek sebagai sarana latihan, sebelum benar-benar siap menggarap film panjang.
Sebelum Prenjak, pemuda asal Yogyakarta itu juga membuat empat film pendek, yakni Senyawa (2012), Lemantun (2014), Lembusura (2014), dan Floating Chopin (2015) yang juga diputar di sejumlah festival film berskala internasional.
Film Prenjak bercerita tentang seorang perempuan beranak satu bernama Diah, yang karena sangat membutuhkan uang, maka menjual korek api kepada rekan kerjanya, Jarwo.
Diah (diperankan Rosa Winenggar) menjual korek seharga Rp 10.000 per batang, agar Jarwo (diperankan Yohanes Budyambara) bisa melihat sesuatu yang tidak diduganya..
Prenjak menurut dia sejatinya menggambarkan semangat seorang perempuan untuk bertahan hidup di tengah himpitan ekonomi, dan suami yang telah lama meninggalkannya.