REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wregas Bhanuteja berhasil mengarumkan nama Indonesia dalam ajang bergengsi Festival Film Cannes 2016 melalui film pendek Prenjak. Wregas mengaku, Yogyakarta selalu menjadi inspirasinya dalam menghasilkan karya-karyanya selama ini termasuk film Prenjak.

"Saya hanya membuat (karya) yang dekat dengan saya sekarang, dan itu adalah Yogyakarta," ungkap Wregas saat ditemui di Institut Kesenian Jakarta akhir pekan ini.

Dalam film pendek Prenjak misalnya, dikisahkan seorang perempuan terpaksa menjual korek api seharga Rp 10 ribu dengan tambahan sang pembeli dapat melihat organ intimnya dengan korek tersebut. Perempuan yang menjual korek api agar pembeli dapat melihat organ intimnya tersebut, lanjut Wregas, merupakan sebuah realita yang dulu terjadi di Yogyakarta.

Di samping itu, kenyataan bahwa tokoh utama wanita dalam film pendek Prenjak merupakan sosok orang tua tunggal juga terinspirasi dari kisah teman SMP Wregas di Yogyakarta. Hamil ketika duduk di bangku kelas 3 SMP membuat teman Wregas harus menikah dan menjadi orang tua di usia yang sangat muda. Suami dari teman Wregas kemudian pergi dan memaksa teman Wregas untuk berjuang sendiri dalam membesarkan anaknya.

"Saya enggak ingin ini terjadi, maka saya buat film Prenjak, yang mana menceritakan seorang ibu yang harus berjuang sendirian dengan sebatang korek api, dijual dengan harga 10 ribu karena dia harus menghidupi anaknya sendirian," jelas Wregas.

Dalam berkarya, Wregas secara tegas tidak ingin mengikuti arus yang ada di pasaran. Sebaliknya, Wregas lebih memilih untuk membuat karya-karya yang dekat dengan kehidupannya. Oleh karena itu, penonton akan sangat mudah merasakan kesan alami yang sangat lekat dalam karya-karya Wregas, seperti Prenjak, Lembusura, Floating Chopin, Senyawa dan Lemantun.

(Baca Juga: Ini yang Membuat Prenjak Jadi Jawara di Festival Film Cannes 2016)

Ikuti Whatsapp Channel Republika