Senin 30 May 2016 09:40 WIB

Menperin Minta Produsen Kopi Lakukan Diversifikasi

Secangkir kopi hitam
Foto: pixabay
Secangkir kopi hitam

REPUBLIKA.CO.ID, SIDOARJO -- Perubahan gaya hidup masyarakat Indonesia dan pertumbuhan kelas menengah mendorong kinerja industri pengolahan kopi di dalam negeri hingga  mengalami peningkatan yang signifikan. Pertumbuhan konsumsi produk kopi olahan di dalam negeri meningkat rata-rata lebih dari 7 persen per tahun.

Sedangkan penjualan ke pasar luar negeri, ekspor produk kopi olahan tahun 2015 lebih manis lagi. Pada 2015, ekspor kopi olahan tercatat 356,79 juta dolar AS alias meningkat 8 persen dibanding tahun sebelumnya. Ekspor produk kopi olahan didominasi produk kopi instan, ekstrak, esens dan konsentrat kopi yang tersebar ke negara tujuan ekspor seperti Filipina, Malaysia, Thailand, Singapura, RRC, dan Uni Emirat Arab.

Menteri Perindustrian Saleh Husin mengungkapkan hal itu saat mengunjungi pabrik kopi olahan PT Santos Jaya Abadi Kabupaten Sidoarjo,  Jawa Timur, pekan lalu. “Gaya hidup mendorong volume dan pola konsumsi. Pemilik pabrik terus merilis produk terbaru. Yang untung petani dan pengolah kopi. Sedangkan konsumen seperti dimanjakan oleh banyaknya pilihan,” ujarnya.

Menyinggung produksi, Menperin meminta produsen kopi olahan seperti Santos Jaya Abadi melakukan diversifikasi produk kopi dan promosi sesuai dengan permintaan masyarakat konsumen Indonesia terutama dalam teknologi proses dan desain kemasan produk. Diharapkan, konsumsi kopi masyarakat Indonesia meningkat seperti halnya yang dilakukan oleh negara Brasil sebagai produsen kopi utama dunia yang telah mampu meningkatkan konsumsi kopi domestiknya menjadi 6 Kg perkapita pertahun.

"Saya juga minta Santos dan pabrik-pabrik lain mengolah dan memasarkan kopi speciality, yang berindikasi geografis. Lantas menggunakan nama khas kopi menjadi bagian brand atau varian produknya, seperti Kapal Api Mandailing, Kapal Api Manggarai, Good Day Kopi Toraja," ujarnya mencontohkan.

Komisaris PT Santos Jaya Abadi, Christeven Mergonoto mengatakan perseroan senantiasa turut mendorong pengembangan industri pengolahan kopi dan bakal terus melahirkan inovasi produk serta meningkatkan ekspor. Geliat bisnis Santos terlihat dari kebutuhan bahan baku kopi yang terus bertambah saban tahun. Tahun 2013 sebanyak 82,8 ribu ton, 2014 menjadi 85,2 ribu ton dan sepanjang 2015 menembus 94,06 ribu ton.

"Optimisme kami juga ditopang pangsa pasar grup Santos yang mencapai 60 persen. Penjualan tidak hanya ke domestik, tetapi juga ke luar negeri," ujarnya. Nilai pemasaran dalam negeri Santos mencapai Rp 10,75 triliun dan ekspor 15,35 juta dolar AS atau Rp 207 miliar (asumsi per dolar AS Rp 13.500).

Pada tahun 2015, realisasi produksi kopi bubuk dan mix tercatat 374,67 ton yang dihasilkan oleh tiga pabrik. Lokasi pabrik berada di Karawang (1 unit) dan Sidoarjo (2 unit). Total nilai investasi Santos sekira Rp 4,27 triliun.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement