REPUBLIKA.CO.ID, LHOKSEUMAWE -- Para petani tambak ikan mas di Kabupaten Aceh Tenggara, Provinsi Aceh, kesulitan untuk memasarkannya. Akibatnya, hampir 50 persen produksinya terbuang.
Ketua Fraksi Hanura DPRK Aceh Tenggara, Jamudin menyatakan, produksi ikan mas di daerahnya mencapai 20 ton per hari. Namun yang bisa dipasarkan hanya 10 ton, sedangkan sisanya ada yang terbuang dan ada yang dijadikan ikan sale.
Pemasaran ikan mas Aceh Tenggara sebagian besar dipasarkan ke luar Aceh Tenggara, seperti Sumatera Utara dan kabupaten dan kota tetangga di Aceh, seperti Aceh Tengah, Bener Meriah, dan Kota Subulussalam. "Sementara untuk kosumsi lokal paling banyak 1 ton per hari, karena memang penduduk di Aceh Tenggara tidak banyak," kata Jamudin.
Ia menyatakan, pengembangan tambak ikan mas di Aceh Tenggara cukup pesat, sehingga hampir di seluruh kecamatan ada usaha tersebut. Daerah ini dinilai sangat mendukung, terutama air yang selalu dalam kondisi mengalir. Jumlah petani tambak ikan mas di Aceh tenggara mencapai 5.000 orang.
Dia juga menyebut, kualitas ikan mas di Aceh Tenggara berbeda dengan daerah lain seperti di Sumatera Utara. Ikan mas di Aceh Tenggara memiliki warna sisik yang kuning keemasan, dan rasanya lebih manis bila dibandingkan daerah lain yang warna sisiknya kuning pucat.
"Oleh karenanya, konsumen di Sumatera Utara lebih senang mengkosumsi ikan mas Aceh Tenggara," katanya.
Untuk itu, ia berharap agar pemerintah atau investor bisa ikut membantu untuk memasarkan ikan mas Aceh Tenggara bisa lebih luas lagi, seperti ke provinsi lainnya di sumatera, antara lain Sumatera Barat, Riau, dan Jambi.