Senin 30 May 2016 17:17 WIB

Produsen Deterjen Cina Minta Maaf atas Iklan Rasial

Salah satu adegan dalam iklan deterjen Qiaobi yang dinilai rasial.
Foto: BBC/Qiaobi
Salah satu adegan dalam iklan deterjen Qiaobi yang dinilai rasial.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Sebuah produsen deterjen Cina meminta maaf atas iklan televisi yang dianggap banyak pihak di Cina dan seluruh dunia bernuansa rasial. Namun, produsen in juga menyalahkan media karena menyebarkan isu tersebut hingga menjadi viral.

Iklan itu pertama muncul pada April, kemudian meluas setelah diunggah ke Youtube pada pekan lalu. Hanya dalam beberapa hari, unggahan tersebut sudah dilihat jutaan orang. Sebagian warga Cina dan juga pengguna internet asing mengutuk iklan tersebut sebagai bentuk perbuatan rasial.

Dalam iklan untuk deterjen Qiaobi itu, tampak seorang lelaki berkulit hitam menggoda seorang wanita cantik Cina. Adegan selanjutnya, wanita muda tersebut menanggapi godaan dan memasukkan satu paket bungkus deterjen ke mulut lelaki hitam itu dan kemudian memasukkan pria tersebut ke dalam mesin cuci. Tidak lama kemudian, penutup mesin cuci dibuka dan yang muncul adalah seorang pria Asia berkulit putih bersih.

Baca: Ini Iklan Deterjen di Cina yang Disebut Paling Rasial di Dunia

"Kami menyampaikan permintaan maaf yang tulus dan berharap pengguna internet juga media tidak lagi mempermasalahkan isu ini," ungkap produsen deterjen itu dalam keterangan resminya akhir pekan ini.

Produsen itu akhirnya menghapus iklan dalan jaringan tersebut sehubungan dengan respons negatif publik. Meski begitu, versi digital iklan tersebut masih dapat diakses di sejumlah media sosial Cina dan asing, termasuk Youtube.

Membicarakan isu diskriminasi rasial merupakan hal yang kurang lazim di Cina yang didominasi etnis Han, tapi juga memiliki belasan kelompok minoritas menyusul semakin banyaknya warga yang tinggal di negara itu, termasuk dari Afrika.

"Walaupun pihak yang merekam video tidak menyadarinya, iklan tersebut tetap rasial," tulis salah seorang pengguna Weibo, salah satu situs mikroblogging yang cukup populer di Cina.

The Global Times, tabloid populer yang dikenal mendukung pemerintah mengungkap liputan media barat terlalu ekstrem dan Cina sebenarnya tidak memiliki masalah dengan diskriminasi etnis. "Begitu banyak hal-hal buruk selama perkembangan Barat dalam era ini, rasisme merupakan salah satu diantaranya," tulis media tersebut.

Shanghai Leishang Cosmetics, perusahaan pemilik merk Qiaobi, tidak dapat dimintai keterangan, Senin, terkait iklan tersebut.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement