REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hampir seluruh penduduk Kepulauan Karibia berasal dari Afrika. Mereka tiba di kawasan ini akibat adanya perbudakan.
"Islam tiba di Haiti sejak kehadiran para budak yang notabene adalah Muslim. Karena mereka berstatus budak, para Muslim ini tidak memiliki hak untuk mempraktikkan ajaran agamanya," kata Imam Doxa Jean Wilkil seperti dilansir Hougansydney.com.
Masuknya Islam ke Haiti melalui proses sejarah yang panjang. Negara republik yang berlokasi di Pulau Hispaniola ini, telah mengenal Islam sejak era revolusi sebelum merdeka dari Prancis di abad ke-16. Kala itu, seorang revolusioner Haiti bernama Dutty Boukman digambarkan sebagai penganut agama Islam.
Ia dianggap berjasa karena kematiannya telah menyulut revolusi kemerdekaan Haiti. Boukman juga dikenal dengan nama lain yakni Bwa Ka-Iman atau Boucqueman. Ia dikisahkan oleh sejarawan dan masyarakat Haiti sebagai seorang Muslim yang memimpin para budak melawan para penjajah Prancis.
Islam memang banyak dianut para budak yang didatangkan ke Haiti. Namun mereka seringkali mendapat paksaan untuk melepaskan keyakinan. Kendati demikian, Islam masih kokoh di Haiti walaupun jumlah penganutnya terbilang sangat minim. Hingga kemudian pada awal abad ke-20, banyak imigran Arab berdatangan ke benua Amerika.
Tak sedikit di antara mereka yang memilih untuk menetap di Haiti. Sejarah mencatat, imigran Arab pertama yang menetap di negeri ini berasal dari Maroko. Beberapa keluarga etnis Maroko tiba di Haiti pada 1920. Sejak itulah muncul komunitas Muslim di Haiti.
Meski eksistensi Muslim mulai bermunculan di Haiti, minimnya ekonomi menghambat mereka untuk memiliki sebuah masjid. Hingga kemudian pada 1985, sebuah tempat tinggal diubah menjadi sebuah masjid dilengkapi sebuah menara yang dibangun di dekatnya. Di dalam masjid tersebut, dimulailah aktivitas umat Muslim seperti bersilaturahim, mempelajari agama, dan mendakwahkan agama Islam. Jumlah Muslim pun berangsur mengalami perkembangan.
Baru-baru ini, umat Islam Haiti mengupayakan agar Islam diakui secara resmi oleh negara. Ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan Muslim Haiti terhadap negaranya. "Karena sebenarnya tanpa pengakuan resmi pun tidak ada yang dapat menahan pertumbuhan Islam," kata Esdra, direktur salah satu sekolah Islam di Haiti.
Tak seperti di Perancis yang memiliki Dewan Keimanan Muslim untuk mengatur kegiatan keagamaan umat Islam, Muslim Haiti tidak memiliki otoritas sentral yang mengelola kegiatan agama mereka. Meski demikian, di sinilah letak kekuatan persaudaraan Muslim Haiti.
"Setelah Anda menjadi Muslim, terlepas dari kebangsaan Anda, kita sesama Muslim secara otomatis bersatu," kata Jean Wilkil. Ia mencontohkan, semua imam di Haiti memiliki hubungan yang sangat baik di antara mereka.